JBMsex Menyajikan Cerita Sex Tante | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex ABG | Cerita Sex Pemerkosaan | Film dewasa
jbmbet'
Februari 15, 2019 Posted by Tips Hoki No comments Posted in
Posted by Tips Hoki on Februari 15, 2019 with No comments | Categories:
Cerita Sex,Cerita Bokep,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pemerkosaan,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Bikin Sange.Cerita Tante Girang,Cerita Dewasa,Cerita Panas,Crita Nentot SPG,Cerita Sex Pramugari

Sudah bertahuntahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjalan dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri dari 3 orang. Sebagai anak belia yg sudah bekerja aku dapat giliran ronda pada malam minggu.

JBMSEX

Cerita Sex Istri Tetangga Ku Entot Hingga Hamil

JBMSEX - Pada suatu malam minggu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 2 orang temanku tdk muncul di pos perondaan.

Aku tdk peduli mau datang apa tdk, karena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga tdk baik untuk dipaksa paksa. Biarlah aku ronda sendiri tdk ada masalah

Karena memang belum mengantuk, aku jalan jalan mengontrol kampung. Biasanya kami mengelilingi rumah rumah penduduk. Pada waktu sampai di samping rumah Pak Badri, aku melihat kaca nako yg belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yg membukanya. Dengan hatihati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.

Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja.

Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baikbaik, ternyata suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelanpelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Badri dan istrinya.

Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yg memburu dan gemerisik dan goygan tempat tidur lebih jelas terdengar.

Baca Juga : Cerita Sex Manda Membuat Aku Jadi Seorang Lesbian


Ssshh hhemm uughh ugghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara Bu Ihsan yg ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak kecepok, nampaknya k0ntol Pak Badri sedang mengocok liang memek Bu Badri.

Aduuh, darahku naik ke kepala, k0ntolku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul betul iri membayangkan Pak Badri menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Badri yg cantik dan bahenol itu.

Oohh, sshh buuu, aku mau keluar, sshh. ssshh.. terdengar suara Pak Badri tersengal sengal.

Suara kecepak kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Badri sudah ejakulasi dan pasti k0ntolnya dibenamkan dalam dalam ke dalam memek Bu Badri. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku pelan pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut denyut dan k0ntol yg kemeng karena tegang dari tadi.

Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap endap mengintip kegiatan suamiistri itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tdk terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari selasela kaca nako yg tdk rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yg mengamati kegiatan mereka di sore hari.

Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadangkadang mereka hanya bercakap cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur.

Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap cakap, terdengar ketawa ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Badri yg kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Badri), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suarasuara Pak Badri dan khususnya suara Bu Badri yg keenakan disetubuhi suaminya.

Harihari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Badri juga biasa biasa saja, namun tdk dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Badri itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yg besar dan bagus.

Aku menyadari bahwa hal itu tdk akan mungkin, karena Bu Badri istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Badri pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisabisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tdk ada yg tahu. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Badri.

Pada suatu hari aku mendengar Pak Badri opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yg penting aku mencoba membangun hubungan yg lebih akrab dengan Bu Badri.

Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Badri. Sore itu, mereka sepakat Bu Badri akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Badri sudah beberapa hari tdk pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.

Sehabis mahgrib aku bersama Bu Badri pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Badri. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang. Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekati Bu Badri.

JBMBET

Bu, maaf yaa. ngomong ngomong Bu Badri sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan yaa, kataku hatihati.
Ya, itulah Dik Sugeng. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan, jawab Bu Badri.
Tapi anu tho bu anuu.. bikinnya khan jalan terus. godaku. Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik Sugeng jawab Bu Badri agak kikuk.

Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayg kembali desahan Bu Badri yg keenakan. Darahku semakin berdesir desir. Aku semakin nekad saja.

Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu? lanjutku.
Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong ngomong kapan Dik Sugeng kimpoi. Sudah kerja, sudah punya mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo, kata Bu Badri.

Eeh, benar nih Bu Badri. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yg kayak IBu Badri ini lhoo, kataku menggodanya.
Lho, kok hanya kayak saya. Yg lain yg lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi, katanya sambil ketawa.

Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu Badri harus aku dapatkan.

Eeh, Bu Badri. Kita kan nggak usah buruburu nih. Di rumah Bu Badri juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa, ajakku dengan penuh kekhawatiran jangan jangan dia menolak.
Tapi nanti kemaleman lo Dik, jawabnya.
Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu, aku sedikit memaksa.
Yaa gimana yaa ya deh terserah Dik Sugeng. Tapi nggak malammalam lho. Bu Badri setuju. Batinku bersorak.

Kami berehenti di warung bakmi yg terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku persempit. Poker online terpercaya

Eeh, aku benar benar tolong dicarikan istri yg kayak Bu Badri dong Bu. benar nih. Soalnya begini bu, tapii eeh nanti Bu Badri marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh, kubuat Bu Badri penasaran.
Emangnya kenapa siih. Bu Badri memandangku penuh tanda tanya.
Tapi janji nggak marah lho. kataku memancing. Dia mengangguk kecil. Anu bu tapi janji tdk marah lho yaa.
Bu Badri terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu Badri.

Aku benar benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Badri. Aku menyadari ini nggak betul. Bu Badri kan istri tetanggaku yg harus aku hormati. Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali, kataku menghiba. Bu Badri melongo, memandangiku. sendoknya tdk terasa jatuh di piring.

Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu sipu, tdk berani memandangiku lagi.

Sampai selesai kami jadi berdiam diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir. Di luar dugaanku, Bu Badri balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tdk ada katakata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayglayg. Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.

Awaas! hati hati! Bu Badri menjerit kaget.
Aduh nyalib kok nekad amat siih, gerutuku.
Makanya kalau nyetir jangan macam macam, kata Bu Badri.

Kami tertawa. Kami tdk membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai di rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang. Di rumah aku mencoba untuk tidur.

Tdk bisa. Nonton siaran TV, tdk nyaman juga. Aku terus membaygkan Bu Badri yg sekarang sendirian, hanya ditemani pembantunya yg tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi rumah Bu Badri. Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana yg mendorongku, tahutahu aku sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Badri. Dengan berdebar debar, aku ketok pelan pelan kaca nakonya, Buu Badri, aku Sugeng, kataku lirih.

Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Badri bangun dan takut. Bisa juga mengira aku maling. Aku Sugeng, kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit.
Nako terbuka sedikit.

Lewat belakang! kata Bu Badri.

Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi, Bu Badri aku peluk eraterat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Badri membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.

Aku nggak bisa tidur, bisikku.
Aku juga, katanya sambil memelukku eraterat.

Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman lagi dengan lebih bernafsu. agen judi online terpercaya

Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya.

Nafsu kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur.

Bu Badri membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yg besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelanpelan. Bu Badri menyingkapkan dasternya ke atas, dia tdk memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung.

Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yg berbulu tebal. Celana dalamnya kupelorotkan, dan Bu Badri meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya.

Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. K0ntolku langsung tegang tegak menantang. Bu Badri segera menggenggamnya dan dikocok kocok pelan dari ujung k0ntolku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Badri, bertelekan pada sikut dan dengkulku.

Kaki Bu Badri dikangkangkannya lebarlebar, k0ntolku dibimbingnya masuk ke liang memeknya yg sudah basah. Digesekgesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala k0ntolku masuk, semakin dalam, semakin dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Badri. Aku turunnaik pelanpelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. K0ntolku dijepit kemaluan Bu Badri yg sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluarmasuk, turunnaik dengan penuh nafsu.

Aduuh, Dik Sugeng, Dik Sugeng enaak sekali, yg cepaat.. teruus, bisik Bu Badri sambil mendesisdesis.

Kupercepat lagi. Suaranya memek Bu Badri kecepak kecepok, menambah semangatku.

Dik Sugeng aku mau muncaak muncaak, teruus teruus, Aku juga sudah mau keluar.

Aku percepat, dan k0ntolku merasa akan keluar. Kubenamkan dalamdalam ke dalam memek Bu Badri sampai amblaas. Pangkal k0ntolku berdenyutdenyut, spermaku muncrat muncrat di dalam memeknya Bu Badri. Kami berangkulan kuatkuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku melayg entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi puas sekali.

Kucabut k0ntolku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada katakata yg terucapkan, ciuman dan belaian kami yg berbicara.

Dik Sugeng, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yg tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku membuat anak, katanya sambil mencubitku. bandar sabung ayam

Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Badri tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku kimpoi dengan wanita lain. Bu Badri walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.

Keluarga Pak Badri sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yg cantik. Apabila di depankan, Bu Badri sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum senyum manis. Tetanggaku pada meledek Bu Badri, mungkin waktu hamil Bu Badri benci sekali sama aku.

Karena anaknya yg cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yg persis seperti mata, pipi, hidung, dan bibirku.

JBMBET

Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Badri istri tetanggaku yg cantik itu tetap berlanjut sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga. Namun dalam perkimpoianku yg sudah berjalan dua tahun lebih, kami belum dikaruniai anak. Istriku tdk hamil hamil juga walaupun k0ntolku kutojoskan ke memek istriku siang malam dengan penuh semangat. Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yg besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah naik.

Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar memeknya yg tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku masukkan saja k0ntolku ke memeknya. Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.

Tetapi karena istriku tdk hamil hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tdk. Karena sudah terbukti Bu Badri hamil, dan anakku yg cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan keluarga Pak Badri. Apakah istriku yg mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yg teratur, aku yakin istriku subur juga. Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Badri? aah, mosok. Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu Badri itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan, dipelihara, dan dilestarikan.

Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Badri, kami sepakat dengan membuat kode khusus yg hanya diketahui kami berdua. Apabila Pak Badri tdk ada di rumah dan benarbenar aman, Bu Badri memadamkan lampu di sumur belakang rumahnya.

Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam, berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Badri. Karena dari samping rumahku dapat terlihat belakang rumah Bu Badri, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut. Tetapi pernah tanda itu tdk ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadangkadang jadi agak jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Badri sudah bosan denganku. Tetapi ternyata memang kesempatan itu benarbenar tdk ada, sehingga tdk aman untuk bertemu.

Pada suatu hari aku berpapasan dengan Bu Badri di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa baikbaik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata,

Dik Sugeng, besok malam minggu ada keperluan nggak?
Kayaknya sih nggak ada acara kemanamana. Emangnya ada apa? jawabku dengan penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tdk bermesraan.
Nanti ke rumah yaa! katanya dengan tersenyum malumalu.
Emangnya Pak Badri nggak ada? kataku. casino online

Dia tdk menjawab, cuma tersenyum manis dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa, darahku pun berdesir juga membaygkan pertemuanku malam minggu nanti.

Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tdk menaruh curiga atau bertanya apaapa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu Badri. Aku hanya memakai sarung, tdk memakai celana dalam dan kaos lengan panjang biar agak hangat. Dan memang kalau tidur aku tdk pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih rileks dan tdk sumpek, serta k0ntolnya biar mendapat udara yg cukup setelah seharian dipepes dalam celana dalam yg ketat.

Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Badri sudah padam dari tadi. Aku berjalan memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benarbenar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku menuju ke samping rumah Bu Badri. Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang. Tdk berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali.

Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Badri masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali, kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tdk mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah itu, Bu Badri mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu Badri tersenyum manis dan memelukku kembali eraterat. Kepalanya disandarkan di dadaku.

Paa, sudah lama kita nggak begini, katanya lirih.

Bu Badri sekarang kalau sedang bermesraan atau bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya. Nampaknya Bu Badri menghayati betul bahwa Rani, anaknya yg cantik itu bikinan kami berdua.

Pak Badri sedang kemana sih maa, tanyaku.
Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya Rani saja yg ikut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore, katanya sambil terus mendekapku.
Maa, aku mau ngomong nih, kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Badri diam saja dan memandangku penuh tanda tanya.
Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamilhamil juga. Kamu tahu, mustinya secara fisik, kami tdk ada masalah. Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal bikinnya tdk pernah berhenti, siang malam, kataku agak melucu. Bu Badri memandangku.

Pa, aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tdk akan mengijinkan adiknya Rani kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya, dan pasti suamiku akan sayang sekali. Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yg mengurusnya. Tdk seperti sekarang, keenakan dia. Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yg ngurus, katanya sambil merenggut manja. Aku tersenyum kecut.

Jangan jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tdk punya anak sendiri. Biar tahu rasa, kataku.
Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Sari (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil, katanya menghiburku.

Ya mudah mudahan. Tolong didoain yaa
Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Sari istrimu itu. Mustinya Papa kan punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan. Kok malah minta didoain. Gimana siih, katanya manja dan sambil memelukku eraterat.

Benar juga, mestinya kami ini jadi suami istri, dan Rani itu anak kami.

Maa, kalau kita ngomong ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan jangan nggak jadi main nih, kataku menggoda.
Iiih, dasar, katanya sambil mencubit pahaku kuatkuat.
Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap doong! katanya manja.

Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tdk puas hanya berciuman dan berpelukan saja. Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Badri mandah saja. Pasrah saja mau diapain. Dia memakai daster dengan kancing yg berderet dari atas ke bawah. Kubuka kancing dasternya satu per satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yg sudah lepas kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yg putih menggunung (dia sudah tdk pakai BH). Celana dalam warna putih yg menutupi memeknya yg nyempluk itu aku pelorotkan.

Aku benar benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yg indah, memeknya yg agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah. Benar benar membuatku menelan ludah. Wajah yg ayu,buah dada yg putih menggunung, perut yg langsing, memek yg nyempluk dan agak terbuka, kaki yg indah agak mengangkang, sungguh mempesona. Aku tdk tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Badri. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Aku tdk peduli Bu Badri megap megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sih.

Uugh jangan nekad tho. Berat nih, keluh Bu Badri.

Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. K0ntolku yg sudah tegang banget aku paskan ke memeknya. Terampil tangan Bu Badri memegangnya dan dituntunnya ke lubang memeknya yg sudah basah. Tdk ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam memeknya. Dengan penuh semangat kukocok memek Bu Badri dengan k0ntolku. Bu Badri semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih. Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.

Teruuus, teruus paa.. sshh ssh bisik Bu Badri
Maa, aku juga sudah mau keluaarr
Yg dalam paa yg dalamm. Keluarin di dalaam Paa Paa Adduuh Paa nikmat banget Paa, ouuch.., jeritnya lirih yg merangkulku kuatkuat.

Kutekan dalam dalam k0ntolku ke memeknyanya. Creeet, croot, crroottt, keluarlah spermaku di dalam rahim istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu Badri menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia merangkul kuatkuat.

Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. K0ntolku masih di dalam, aku gerakkan pelan pelan, aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Memeknya licin sekali penuh spermaku. Kucabut k0ntolku dan aku terguling di samping Bu Badri. Bu Badri miring menghadapku dan tangannya diletakkan di atas perutku.
Dia berbisik,

Paa, Rani sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah mudahan kali ini langsung jadi ya paa.

Aku ingin dia seorang laki laki. Sebelum Papa tadi mengeluh Sari belum hamil, aku memang sudah berniat untuk membuatkan Rani seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tdk. Kalau aku hamil lagi berarti Papa masih joosss. Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Rani sama adiknya yg baru saja dibuat ini. Dia tersenyum manis.

Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anakanakku.

Malam itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harapharap cemas, jadikah anakku yg kedua di rahim istri gelapku ini?

Cerita Sex,Cerita Bokep,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pemerkosaan,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Bikin Sange.Cerita Tante Girang,Cerita Dewasa,Cerita Panas,Crita Nentot SPG,Cerita Sex Pramugari

0 komentar:

JBM