JBMsex Menyajikan Cerita Sex Tante | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex ABG | Cerita Sex Pemerkosaan | Film dewasa
  • .

  • .

  • .

jbmbet'
Juli 27, 2019 Posted by Tips Hoki No comments Posted in
Jbmsex.blogspot.com, Indonesia - Cerita Seks Kepuasan Threesome Dengan Sahabatku dan Suaminya, Karena jabatan suamiku sudah tidak mungkin lagi naik di perusahaannya, untuk menambah penghasilan kami, aku meminta ijin kepada Mas Fandi untuk bekerja, mengingat pendidikanku sebagai seorang Accounting sama sekali tidak kumanfatkan semenjak aku menikah.

Cerita Seks Kepuasan Threesome Dengan Sahabatku dan Suaminya

Cerita Seks Kepuasan Threesome Dengan Sahabatku dan Suaminya

Pada dasarnya suamiku itu selalu menuruti keinginanku, maka tanpa banyak bicara dia mengijinkan aku bekerja, walaupun aku sendiri belum tahu bekerja di mana, dan perusahaan mana yang akan menerimaku sebagai seorang Accounting, karena aku sudah berkeluarga.

“Bukankah kamu punya teman yang anak seorang Direktur di sini?” kata suamiku di suatu malam setelah kami melakukan hubungan badan.
“Iya… si Yuli, teman kuliah Santi..!” kataku.
“Coba deh, kamu hubungi dia besok. Kali saja dia mau menolong kamu..!” katanya lagi.
“Tapi, benar nih.. Mas.. kamu ijinkan saya bekerja..?”
Mas Fandi mengangguk mesra sambil menatapku kembali.

Sambil tersenyum, perlahan dia dekatkan wajahnya ke wajahku dan mendaratkan bibirnya ke bibirku.
“Terimakasih.. Mas.., mmhh..!” kusambut ciuman mesranya.
Dan beberapa lama kemudian kami pun mulai terangsang lagi, dan melanjutkan persetubuhan suami istri untuk babak yang ketiga. Kenikmatan demi kenikmatan kami raih. Hingga kami lelah dan tanpa sadar kami pun terlelap menuju alam mimpi kami masing-masing.

Perlu kuceritakan di sini bahwa Rendy, anak kami tidak bersama kami. Dia kutitipkan ke nenek dan kakeknya yang berada di lain daerah, walaupun masih satu kota. Kedua orangtuaku sangat menyayangi cucunya ini, karena anakku adalah satu-satunya cucu laki-laki mereka.

Siang itu ketika aku terbangun dari mimpiku, aku tidak mendapatkan suamiku tidur di sisiku. Aku menengok jam dinding. Rupanya suamiku sudah berangkat kerja karena jam dinding itu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Aku teringat akan percakapan kami semalam. Maka sambil mengenakan pakaian tidurku (tanpa BH dan celana dalam), aku beranjak dari tempat tidur berjalan menuju ruang tamu rumahku, mengangkat telpon yang ada di meja dan memutar nomor telpon Yuli, temanku itu.

“Hallo… ini Yuli..!” kataku membuka pembicaraan saat kudengar telpon yang kuhubungi terangkat.
“Iya.., siapa nih..?” tanya Yuli.
“Ini.. aku Santi..!”
“Oh Santi.., ada apa..?” tanyanya lagi.
“Boleh nggak sekarang aku ke rumahmu, aku kangen sama kamu nih..!” kataku.
“Silakan.., kebetulan aku libur hari ini..!” jawab Yuli.
“Oke deh.., nanti sebelum makan siang aku ke rumahmu. Masak yang enak ya, biar aku bisa makan di sana..!” kataku sambil sedikit tertawa.
“Sialan luh. Oke deh.., cepetan ke sini.., ditunggu loh..!”
“Oke.., sampai ketemu yaa.. daah..!” kataku sambil menutup gagang telpon itu.

Setelah menelepon Yuli, aku berjalan menuju kamar mandi. Di kamar mandi itu aku melepas pakaianku semuanya dan langsung membersihkan tubuhku. Namun sebelumnya aku bermasturbasi sejenak dengan memasukkan jariku ke dalam vaginaku sendiri sambil pikiranku menerawang mengingat kejadian-kejadian yang semalam baru kualami. Membayangkan penis suamiku walau tidak begitu besar namun mampu memberikan kepuasan padaku. Dan ini merupakan kebiasaanku.

Walaupun aku telah bersuami, namun aku selalu menutup kenikmatan bersetubuh dengan Mas Fandi dengan bermasturbasi, karena kadang-kadang bermasturbasi lebih nikmat.

Singkat cerita, siang itu aku sudah berada di depan rumah Yuli yang besar itu. Dan Yuli menyambutku saat aku mengetuk pintunya.
“Apa khabar Santi..?” begitu katanya sambil mencium pipiku.
“Seperti yang kamu lihat sekarang ini..!” jawabku.
Setelah berbasa-basi, Yuli membimbingku masuk ke ruangan tengah dan mempersilakan aku untuk duduk.

“Sebentar ya.., kamu santailah dahulu, aku ambil minuman di belakang…” lalu Yuli meninggalkanku.
Aku segera duduk di sofanya yang empuk. Aku memperhatikan ke sekeliling ruangan ini. Bagus sekali rumahnya, beda dengan rumahku. Di setiap sudut ruang terdapat hiasan-hiasan yang indah, dan pasti mahal-mahal. Foto-foto Yuli dan suaminya terpampang di dinding-dinding. Sandi yang dahulu katanya sempat menaksir aku, yang kini adalah suami Yuli, terlihat semakin ganteng saja. Dalam pikirku berkata, menyesal juga aku acuh tak acuh terhadapnya dahulu. Coba kalau aku terima cintanya, mungkin aku yang akan menjadi istrinya.

Sambil terus memandangi foto Herman, suaminya, terlintas pula dalam ingatanku betapa pada saat kuliah dulu lelaki keturunan Manado ini mencoba menarik perhatianku (aku, Yuli dan Herman memang satu kampus). Herman memang orang kaya. Dia adalah anak pejabat pemerintahan di Jakarta. Pada awalnya aku pun tertarik, namun karena aku tidak suka dengan sifatnya yang sedikit sombong, maka segala perhatiannya padaku tidak kutanggapi. Aku takut jika tidak cocok dengannya, karena aku orangnya sangat sederhana.

Lamunannku dikagetkan oleh munculnya Yuli. Sambil membawa minuman, Yuli berjalan ke arah aku duduk, menaruh dua gelas sirup dan mempersilakanku untuk minum.
“Ayo San, diminum dulu..!” katanya.
Aku mengambil sirup itu dan meminumnya. Beberapa teguk aku minum sampai rasa dahaga yang sejak tadi terasa hilang, aku kembali menaruh gelas itu.

“Oh iya, Mas Herman ke mana?” tanyaku.
“Biasa… Bisnis dia,” kata Yuli sambil menaruh gelasnya. “Sebentar lagi juga pulang. Sudah kutelpon koq dia, katanya dia juga kangen sama kamu..!” ujarnya lagi.

Yuli memang sampai sekarang belum mengetahui kalau suaminya dahulu pernah naksir aku. Tapi mungkin juga Herman sudah memberitahukannya.

“Kamu menginap yah.. di sini..!” kata Yuli.
“Akh… enggak ah, tidak enak khan..!” kataku.
“Loh… nggak enak gimana, kita kan sahabat. Herman pun kenal kamu. Lagian aku sudah mempersiapkan kamar untukmu, dan aku pun sedang ambil cuti koq, jadi temani aku ya.., oke..!” katanya.
“Kasihan Mas Fandi nanti sendirian..!” kataku.
“Aah… Mas Fandi khan selalu menurut keinginanmu, bilang saja kamu mau menginap sehari di sini menemani aku. Apa harus aku yang bicara padanya..?”
“Oke deh kalau begitu.., aku pinjam telponmu ya..!” kataku.
“Tuh di sana…!” kata Yuli sambil menujuk ke arah telepon.

Aku segera memutar nomor telpon kantor suamiku. Dengan sedikit berbohong, aku minta ijin untuk menginap di rumah Yuli. Dan menganjurkan Mas Fandi untuk tidur di rumah orangtuaku. Seperti biasa Mas Fandi mengijinkan keinginanku. Dan setelah basa-basi dengan suamiku, segera kututup gagang telpon itu.

“Beres..!” kataku sambil kembali duduk di sofa ruang tamu.
“Nah.., gitu dong..! Ayo kutunjukkan kamarmu..!” katanya sambil membimbingku.
Di belakang Yuli aku mengikuti langkahnya. Dari belakang itu juga aku memperhatikan tubuh montoknya. Yuli tidak berubah sejak dahulu. Pantatnya yang terbungkus celana jeans pendek yang ketat melenggak-lenggok. Pinggulnya yang ramping sungguh indah, membuatku iseng mencubit pantat itu.

“Kamu masih montok saja, Yan..!” kataku sambil mencubit pantatnya.
“Aw.., akh.. kamu. Kamu juga masih seksi saja. Bisa-bisa Mas Herman nanti naksir kamu..!” katanya sambil mencubit buah dadaku.
Kami tertawa cekikikan sampai kamar yang dipersiapkan untukku sudah di depan mataku.
“Nah ini kamarmu nanti..!” kata Yuli sambil membuka pintu kamar itu.

Besar sekali kamar itu. Indah dengan hiasan interior yang berseni tinggi. Ranjangnya yang besar dengan seprei yang terbuat dari kain beludru warna biru, menghiasi ruangan ini. Lemari pakaian berukiran ala Bali juga menghiasi kamar, sehingga aku yakin setiap tamu yang menginap di sini akan merasa betah.

Akhirnya di kamar itu sambil merebahkan diri, kami mengobrol apa saja. Dari pengalaman-pengalaman dahulu hingga kejadian kami masing-masing. Kami saling bercerita tentang Permainan Judi Slot kami selama ini. Aku pun bercerita panjang mulai dari perkimpoianku sampai sedetil-detilnya, bahkan aku bercerita tentang hubungan bercinta antara aku dan suamiku. Kadang kami tertawa, kadang kami serius saling mendengarkan dan bercerita. Hingga pembicaraan serius mulai kucurahkan pada sahabatku ini, bahwa aku ingin bekerja di perusahan bapaknya yang direktur.

“Gampang itu..!” kata Yuli. “Aku tinggal menghubungi Papa nanti di Jakarta. Kamu pasti langsung diberi pekerjaan. Papaku kan tahu kalau kamu adalah satu-satunya sahabatku di dunia ini..” lanjutnya sambil tertawa lepas.
Tentu saja aku senang dengan apa yang dibicarakan oleh Yuli, dan kami pun meneruskan obrolan kami selain obrolan yang serius barusan.

Tanpa terasa, di luar sudah gelap. Aku pun minta ijin ke Yuli untuk mandi. Tapi Yuli malah mengajakku mandi bersama. Dan aku tidak menolaknya. Karena aku berpikir toh sama-sama wanita.Sungguh di luar dugaan, di kamar mandi ketika kami sama-sama telanjang bulat, Yuli memberikan sesuatu hal yang sama sekali tidak terpikirkan.

Sebelum air yang hangat itu membanjiri tubuh kami, Yuli memelukku sambil tidak henti-hentinya memuji keindahan tubuhku. Semula aku risih, namun rasa risih itu hilang oleh perasaan yang lain yang telah menjalar di sekujur tubuh. Sentuhan-sentuhan tangannya ke sekujur tubuhku membuatku nikmat dan tidak kuasa aku menolaknya. Apalagi ketika Yuli menyentuh bagian tubuhku yang sensitif.

Kelembutan tubuh Yuli yang memelukku membuatku merinding begitu rupa. Buah dadaku dan buah dadanya saling beradu. Sementara bulu-bulu lebat yang berada di bawah perut Yuli terasa halus menyentuh daerah bawah perutku yang juga ditumbuhi bulu-bulu. Namun bulu-bulu kemaluanku tidak selebat miliknya, sehingga terasa sekali kelembutan itu ketika Yuli menggoyangkan pinggulnya.

Karena suasana yang demikian, aku pun menikmati segala apa yang dia lakukan. Kami benar-benar melupakan bahwa kami sama-sama perempuan. Perasaan itu hilang akibat kenikmatan yang terus mengaliri tubuh. Dan pada akhirnya kami saling berpandangan, saling tersenyum, dan mulut kami pun saling berciuman.

Kedua tanganku yang semuala tidak bergerak kini mulai melingkar di tubuhnya. Tanganku menelusuri punggungnya yang halus dari atas sampai ke bawah dan terhenti di bagian buah pantatnya. Buah pantat yang kencang itu secara refleks kuremas-remas. Tangan Yuli pun demikian, dengan lembut dia pun meremas-remas pantatku, membuatku semakin naik dan terbawa arus suasana. Semakin aku mencium bibirnya dengan bernafsu, dibalasnya ciumanku itu dengan bernafsu pula.

Baca Juga : Cerita Seks Istriku di Perkosa Supir Dan Menikmatinya


Hingga suatu saat ketika Yuli melepas ciuman bibirnya, lalu mulai menciumi leherku dan semakin turun ke bawah, bibirnya kini menemukan buah dadaku yang mengeras. Tanpa berkata-kata sambil sejenak melirik padaku, Yuli menciumi dua bukit payudaraku secar bergantian. Napasku mulai memburu hingga akhirnya aku menjerit kecil ketika bibir itu menghisap puting susuku. Dan sungguh aku menikmati semuanya, karena baru pertama kali ini aku diciumi oleh seorang wanita.

“Akh.., Yuulliii.., oh..!” jerit kecilku sedikit menggema.
“Kenapa San.., enak ya..!” katanya di sela-sela menghisap putingku.
“Iya.., oh.., enaaks… teruus..!” kataku sambil menekan kepalanya.
Diberi semangat begitu, Yuli semakin gencar menghisap-hisap putingku, namun tetap lembut dan mesra. Tangan kirinya menahan tubuhku di punggung.

Sementara tangan kanannya turun ke bawah menuju kemaluanku. Aku teringat akan suamiku yang sering melakukan hal serupa, namun perbedaannya terasa sekali, Yuli sangat lembut memanjakan tubuhku ini, mungkin karena dia juga wanita.

Setelah tangan itu berada di kemaluanku, dengan lembut sekali dia membelainya. Jarinya sesekali menggesek kelentitku yang masih tersembunyi, maka aku segera membuka pahaku sedikit agar kelentitku yang terasa mengeras itu leluasa keluar.

Ketika jari itu menyentuh kelentitku yang mengeras, semakin asyik Yuli memainkan kelentitku itu, sehingga aku semakin tidak dapat mengendalikan tubuhku. Aku menggelinjang hebat ketika rasa geli campur nikmat menjamah tubuhku. Pori-poriku sudah mengeluarkan keringat dingin, di dalam liang vaginaku sudah terasa ada cairan hangat yang mengalir perlahan, pertanda rangsangan yang sungguh membuatku menjadi nikmat.

Ketika tanganku menekan bagian atas kepalanya, bibir Yuli yang menghisap kedua putingku secara bergantian segera berhenti. Ada keinginan pada diriku dan Yuli mengerti akan keinginanku itu. Namun sebelumnya, kembali dia pada posisi wajahnya di depan wajahku. Tersungging senyuman yang manis.

“Ingin yang lebih ya..?” kata Santi.
Sambil tersenyum aku mengangguk pelan. Tubuhku diangkatnya dan aku duduk di ujung bak mandi yang terbuat dari porselen. Setelah aku memposisikan sedemikian rupa, tangan Yuli dengan cekatan membuka kedua pahaku lebar-lebar, maka vaginaku kini terkuak bebas. Dengan posisi berlutut, Yuli mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Aku menunggu perlakuannya dengan jantung yang berdebar kencang.

Napasku turun naik, dadaku terasa panas, begitu pula vaginaku yang terlihat pada cermin yang terletak di depanku sudah mengkilat akibat basah, terasa hangat. Namun rasa hangat itu disejukkan oleh angin yang keluar dari kedua lubang hidung Yuli. Tangan Yuli kembali membelai vaginaku, menguakkan belahannya untuk menyentuh kelentitku yang semakin menegang.

Agak lama Yuli membelai-belai kemaluanku itu yang sekaligus mempermainkan kelentitku. Sementara mulutnya menciumi pusar dan sekitarnya. Tentu saja aku menjadi kegelian dan sedikit tertawa. Namun Yuli terus saja melakukan itu.
Hingga pada suatu saat, “Eiist… aakh… aawh… Yanthhii… akh… mmhh… ssh..!” begitu suara yang keluar dari mulutku tanpa disadari, ketika mulutnya semakin turun dan mencium vaginaku.
Kedua tangan Yuli memegangi pinggul dan pantatku menahan gerakanku yang menggelinjang nikmat.

Kini ujung lidahnya yang menyentuh kelentitku. Betapa pintar dia mempermainkan ujung lidah itu pada daging kecilku, sampai aku kembali tidak sadar berteriak ketika cairan di dalam vaginaku mengalir keluar.
“Oohh… Yulii… ennaakss… sekaalii..!” begitu teriakku.

Aku mulai menggoyangkan pinggulku, memancing nikmat yang lebih. Yuli masih pada posisinya, hanya sekarang yang dijilati bukan hanya kelentitku tapi lubang vaginaku yang panas itu. Tubuhku bergetar begitu hebat. Gerakan tubuhku mulai tidak karuan. Hingga beberapa menit kemudian, ketika terasa orgasmeku mulai memuncak, tanganku memegang bagian belakang kepalanya dan mendorongnya. Karuan saja wajah Yuli semakin terpendam di selangkanganku.

“Hissapp… Yuliii..! Ooh.., aku.. akuu.. mau.. keluaar..!” jeritku.
Yuli berhenti menjilat kelentitku, kini dia mencium dan menghisap kuat lubang kemaluanku.
Maka.., “Yuulliiii.., aku.. keluaar..! Oh.., aku.. keluar.. nikmaathhs.. ssh..!” bersamaan dengan teriakku itu, maka aku pun mencapai orgasme.
Tubuhku seakan melayang entah kemana. Wajahku menengadah dengan mata terpejam merasakan berjuta-juta nikmat yang sekian detik menjamah tubuh, hingga akhirnya aku melemas dan kembali pada posisi duduk. Maka Yuli pun melepas hisapannya pada vaginaku.

Dia berdiri, mendekatkan wajahnya ke hadapan wajahku, dan kembali dia mencium bibirku yang terbuka. Napasku yang tersengal-sengal disumbat oleh mulut Yuli yang menciumku. Kubalas ciuman mesranya itu setelah tubuhku mulai tenang.

“Terimakasih Yuli.., enak sekali barusan..!” kataku sambil tersenyum.
Yuli pun membalas senyumanku. Dia membantuku turun dari atas bak mandi itu.
“Kamu mau nggak dikeluarin..?” kataku lagi.
“Nanti sajalah.., lagian udah gatel nih badanku. Sekarang mending kita mandi..!” jawabnya sambil menyalakan shower.

Akhirnya kusetujui usul itu, sebab badanku masih lemas akibat nikmat tadi. Dan rupanya Yuli tahu kalau aku kurang bertenaga, maka aku pun dimandikannya, disabuni, diperlakukan layaknya seorang anak kecil. Aku hanya tertawa kecil. Iseng-iseng kami pun saling menyentuh bagian tubuh kami masing-masing. Begitupula sebaliknya, ketika giliran Yuli yang mandi, aku lah yang menyabuni tubuhnya.

Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil berpelukan, pundak kami hanya memakai handuk yang menutup tubuh kami dari dada sampai pangkal paha, dan sama sekali tidak mengenakan dalaman. Aku berjalan menuju kamarku sedang Yuli menuju kamarnya sendiri. Di dalam kamar aku tidak langsung mengenakan baju. Aku masih membayangkan kejadian barusan. Seolah-olah rasa nikmat tadi masih mengikutiku.

Di depan cermin, kubuka kain handuk yang menutupi tubuhku. Handuk itu jatuh terjuntai ke lantai, dan aku mulai memperhatikan tubuh telanjangku sendiri. Ada kebanggaan dalam hatiku. Setelah tadi melihat tubuh telanjang Yuli yang indah, ternyata tubuhku lebih indah. Yuli memang seksi, hanya dia terlalu ramping sehingga sepintas tubuhnya itu terlihat kurus. Sedangkan tubuhku agak montok namun tidak terkesan gemuk.

Entah keturunan atau tidak, memang demikianlah keadaan tubuhku. Kedua payudaraku berukuran 34B dengan puting yang mencuat ke atas, padahal aku pernah menyusui anakku. Sedangkan payudara Yuli berukuran 32 tapi juga dengan puting yang mencuat ke atas juga.

Kuputar tubuhku setengah putaran. Kuperhatikan belahan pantatku. Bukit pantatku masih kencang, namun sudah agak turun, karena aku pernah melahirkan. Berbeda dengan pantat milik Yuli yang masih seperti pantat gadis perawan, seperti pantat bebek.

Kalau kuperhatikan dari pinggir tubuhku, nampak perutku yang ramping. Vaginaku nampak menonjol keluar. Bulu-bulu kemaluanku tidak lebat, walaupun pernah kucukur pada saat aku melahirkan. Padahal kedua tangan dan kedua kakiku tumbuh bulu-bulu tipis, tapi pertumbuhan bulu kemaluanku rupanya sudah maksimal. Lain halnya dengan Yuli, walaupun perutnya lebih ramping dibanding aku, namun kemaluannya tidak menonjol alias rata. Dan daerah itu ditumbuhi bulu-bulu yang lebat namun tertata rapi.

Agen Judi Indonesia

Setelah puas memperhatikan tubuhku sendiri (sambil membandingkan dengan tubuh Yuli), aku pun membuka tasku dan mengambil celana dalam dan Bra-ku. Kemudian kukenakan kedua pakaian rahasiaku itu setelah sekujur tubuhku kulumuri bedak. Namun aku agak sedikit kaget dengan teriakan Yuli dari kamarnya yang tidak begitu jauh dari kamar ini.

“Santi..! Ini baju tidurmu..!” begitu teriaknya.
Maka aku pun mengambil handuk yang berada di lantai. Sambil berjalan kukenakan handuk itu menutupi tubuhku seperti tadi, lalu keluar menuju kamarnya yang hanya beberapa langkah. Pintu kamarnya ternyata tidak dikunci. Karena mungkin Yuli tahu kedatanganku, maka dia mempersilakan aku masuk.

“Masuk sini San..!” kataya dari dalam kamar.
Kudorong daun pintu kamarnya. Aku melihat di dalam kamar itu tubuh Yuli yang telanjang merebah di atas kasur. Tersungging senyuman di bibirnya. Karena aku sudah melangkah masuk, maka kuhampiri tubuh telanjang itu.

“Kamu belum pake baju, Yan..?” kataku sambil duduk di tepi ranjang.
“Akh.., gampang… tinggal pake itu, tuh..!” kata Yuli sambil tangannya menunjuk tumpukan gaun tidur yang berada di ujung ranjang.
Lalu dia berkata lagi, “Kamu sudah pake daleman, ya..?”
Aku mengangguk, “Iya..!”
Kuperhatikan dadanya turun naik. Napasnya terdengar memburu. Apakah dia sedang bernafsu sekarang.., entahlah.
Lalu tangan Yuli mencoba meraihku. Sejenak dia membelai tubuhku yang terbungkus handuk itu sambil berkata, “Kamu mengairahkan sekali memakai ini..!”
“Akh.., masa sih..!” kataku sambil tersenyum dan sedikit menggeser tubuhku lebih mendekat ke tubuh Yuli.

“Benar.., kalo nggak percaya.., emm.. kalo nggak percaya..!” kata Yuli sedikit menahan kata-katanya.
“Kalo nggak percaya apa..?” tanyaku.
“Kalo nggak percaya..!” sejenak matanya melirik ke arah belakangku.
“Kalo nggak percaya tanya saja sama orang di belakangmu… hi.. hi..!” katanya lagi.

Segera aku memalingkan wajahku ke arah belakangku. Dan.., (hampir saja aku teriak kalau mulutku tidak buru-buru kututup oleh tanganku), dengan jelas sekali di belakangku berdiri tubuh lelaki dengan hanya mengenakan celana dalam berwarna putih yang tidak lain adalah Mas Herman suami Yuli itu. Dengan refleks karena kaget aku langsung berdiri dan bermaksud lari dari ruangan ini. Namun tangan Yuli lebih cepat menangkap tanganku lalu menarikku sehingga aku pun terjatuh dengan posisi duduk lagi di ranjang yang empuk itu.

“Mau kemana.. Santi.., udah di sini temani aku..!” kata Yuli setengah berbisik.
Aku tidak sempat berkata-kata ketika Mas Herman mulai bergerak berjalan menuju aku. Dadaku mulai berdebar-debar. Ada perasaan malu di dalam hatiku.
“Halo.., Santi. Lama tidak bertemu ya…” suara Mas Herman menggema di ruangan itu.
Tangannya mendarat di pundakku, dan lama bertengger di situ.

Aku yang gelagapan tentu saja semakin gelagapan. Namun ketika tangan Yuli dilepaskan dari cengkramannya, pada saat itu tidak ada keinginanku untuk menghindar. Tubuhku terasa kaku, sama sekali aku tidak dapat bergerak. Lidahku pun terasa kelu, namun beberapa saat aku memaksa bibirku berkata-kata.
“Apa-apaan ini..?” tanyaku parau sambil melihat ke arah Yuli.
Sementara tangan yang tadi bertengger di bahuku mulai bergerak membelai-belai. Serr.., tubuhku mulai merinding. Terasa bulu-bulu halus di tangan dan kaki berdiri tegak.

Rupanya Sentuhan tangan Mas Herman mampu membangkitkan birahiku kembali. Apalagi ketika terasa di bahuku yang sebelah kiri juga didarati oleh tangan Mas Herman yang satunya lagi. Perasaan malu yang tadi segera sirna. Tubuhku semakin merinding. Mataku tanpa sadar terpejam menikmati dalam-dalam sentuhan tangan Mas Herman di bahuku itu.

Pijatan-pijatan kecil di bahuku terasa nyaman dan enak sekali. Aku begitu menikmati apa yang terasa. Hingga beberapa saat kemudian tubuhku melemas. Kepalaku mulai tertahan oleh perut Mas Herman yang masih berada di belakangku. Sejenak aku membuka mataku, nampak Yuli membelai vaginanya sendiri dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya meremas pelan kedua payudaranya secara bergantian. Tersungging senyuman di bibirnya.

“Nikmati Santi..! Nikmati apa yang kamu sekarang rasakan..!” suara Yuli masih sedikit membisik.
Aku masih terbuai oleh sentuhan kedua tangan Mas Herman yang mulai mendarat di daerah atas payudarara yang tidak tertutup. Mataku masih terpejam.
“Ini.. kan yang kamu inginkan. Kupinjamkan suamiku..!” kata Yuli lagi.
Mataku terbuka dan kembali memperhatikan Yuli yang masih dengan posisinya.
“Ayo Mas..! Nikmati Santi yang pernah kamu taksir dulu..!” kata Yuli lagi.
“Tentu saja Sayang.., asal.. kamu ijinkan..!” kata suara berat Mas Herman. Cerita Seks ABG

Tubuhnya dibungkukkan. Kemudian wajahnya ditempelkan di bagian atas kepalaku. Terasa bibirnya mencium mesra daerah itu. Kembali aku memejamkan mata. Bulu-buluku semakin keras berdiri. Sentuhan lembut tangan Mas Herman benar-benar nikmat. Sangat pintar sekali sentuhan itu memancing gairahku untuk bangkit. Apalagi ketika tangan Mas Herman sebelah kanan berusaha membuka kain handuk yang masih menutupi tubuhku itu.

“Oh.., Mas.., Maas… jangaan… Mas..!” aku hanya dapat berkata begitu tanpa kuasa menahan tindakan Mas Herman yang telah berhasil membuka handuk dan membuangnya jauh-jauh.
Tinggallah tubuh setengah bugilku. Kini gairahku sudah memuncak dan aku mulai lupa dengan keadaanku. Aku sudah terbius suasana.

Mas Herman mulai berlutut, namun masih pada posisi di belakangku. Kembali dia membelai seluruh tubuhku. Dari punggungku, lalu ke perut, naik ke atas, leherku pun kena giliran disentuhnya, dan aku mendesah nikmat ketika leherku mulai dicium mesra oleh Mas Herman. Sementara desahan-desahan kecil terdengar dari mulut Yuli.

Aku melirik sejenak ke arah Yuli, rupanya dia sedang masturbasi. Lalu aku memejamkan mata lagi, kepalaku kutengadahkan memberikan ruangan pada leherku untuk diciumi Mas Herman. Persaanku sudah tidak malu-malu lagi, aku sudah kepalang basah. Aku lupa bahwa aku telah bersuami, dan aku benar-benar akan merasakan apa yang akan kurasakan nanti, dengan lelaki yang bukan suamiku.

“Buka ya.. BH-nya, Santi..!” kata Mas Herman sambil melepas kancing tali BH-ku dari punggung.
Beberapa detik BH itu terlepas, maka terasa bebas kedua payudaraku yang sejak tadi tertekan karena mengeras. Suara Yuli semakin keras, rupanya dia mencapai orgasmenya. Kembali aku melirik Yuli yang membenamkan jari manis dan jari telunjuknya ke dalam vaginanya sendiri. Nampak dia mengejang dengan mengangkat pinggulnya.

“Akh.., nikmaats… ooh… nikmaatts.. sekalii..!” begitu kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Dan tidak lama kemudian dia terkulai lemas di ranjang itu. Sementara Mas Herman sibuk dengan kegiatannya.

Kini kedua payudaraku sudah diremasi dengan mesra oleh kedua telapak tangannya dari belakang. Sambil terus bibirnya menjilati inci demi inci kulit leherku seluruhnya. Sedang enak-enaknya aku, tiba-tiba ada yang menarik celana dalamku. Aku membuka mataku, rupanya Yuli berusaha untuk melepas celana dalamku itu. Maka kuangkat pantatku sejenak memudahkan celana dalamku dilepas oleh Yuli. Maka setelah lepas, celana dalam itu juga dibuang jauh-jauh oleh Yuli.

Aku menggeser posisi dudukku menuju ke bagian tengah ranjang itu. Mas Herman mengikuti gerakanku masih dari belakang, sekarang dia tidak berlutut, namun duduk tepat di belakang tubuhku. Kedua kakinya diselonjorkan, maka pantatku kini berada di antara selangkangan milik Mas Herman. Terasa oleh pantatku ada tonjolan keras di selangkangan. Rupanya penis Mas Herman sudah tegang maksimal.

Lalu Yuli membuka lebar-lebar pahaku, sehingga kakiku berada di atas paha Mas Herman. Lalu dengan posisi tidur telungkup, Yuli mendekatkan wajahnya ke selangkanganku, dan apa yang terjadi…
“Awwh… ooh… eeisth.. aakh..!” aku menjerit nikmat ketika kembali kurasakan lidahnya menyapu-nyapu belahan vaginaku, terasa kelentitku semakin menegang, dan aku tidak dapat mengendalikan diri akibat nikmat, geli, enak, dan lain sebagainya menyatu di tubuhku.

Kembali kepalaku menengadah sambil mulutku terbuka. Maka Mas Herman tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia tahu maksudku. Dari belakang, bibirnya langsung melumat bibirku yang terbuka itu dengan nafsunya. Maka kubalas ciuman itu dengan nafsu pula. Dia menyedot, aku menyedot pula. Terjadilah pertukaran air liur Mas Herman dengan air liurku. Terciuma aroma rokok pada mulutnya, namun aroma itu tidak mengganggu kenikmatan ini.

Kedua tangan Mas Herman semakin keras meremas kedua payudaraku, namun menimbulkan nikmat yang teramat, sementara di bawah Yuli semakin mengasyikkan. Dia terus menjilat dan mencium vaginaku yang telah banjir. Banjir oleh cairan pelicin vaginaku dan air liur Yuli.
“Mmmhh… akh… mmhh..!” bibirku masih dilumati oleh bibir Mas Herman.

Tubuhku semakin panas dan mulai memberikan tanda-tanda bahwa aku akan mencapai puncak kenikmatan yang kutuju. Pada akhirnya, ketika remasan pada payudaraku itu semakin keras, dan Yuli menjilat, mencium dan menghisap vaginaku semakin liar, tubuhku menegang kaku, keringat dingin bercucuran dan mereka tahu bahwa aku sedang menikmati orgasmeku. Aku mengangkat pinggulku, otomatis ciuman Yuli terlepas. Semakin orgasmeku terasa ketika jari telujuk dan jari manis Yuli dimasukkan ke liang vaginaku, kemudian dicabutnya setengah, lalu dimasukkan lagi.

Perlakuan Yuli itu berulang-ulang, yaitu mengeluar-masukkan kedua jarinya ke dalam lubang vaginaku. Tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata betapa nikmat dan enak pada saat itu.
“Aakh… aawhh… nikmaatss… terus.. Yulii.. oooh… yang cepaat.. akh..!” teriakku.
Tubuh Mas Herman menahan tubuhku yang mengejang itu. Jarinya memilin-milin puting susuku. Bibirnya mengulum telingaku sambil membisikkan sesuatu yang membuatku semakin melayang. Bisikan-bisikan yang memujiku itu tidak pernah kudengar dari Mas Fandi, suamiku.

“Ayo cantik..! Nikmatilah orgasmemu.., jangan kamu tahan, keluarkan semuanya Sayang..! Nikmatilah.., nikmatilah..! Oh.., kamu cantik sekali jika orgasme..!” begitu bisikan yang keluar dari mulut Mas Herman sambil terus mengulum telingaku.
“Aakh.. Maass, aduh.. Yuli.., nikmaats… oh… enaaks.. sekali..!” teriakku.
Akhirnya tubuh kejangku mulai mengendur, diikuti dengan turunnya kenikmatan orgasmeku itu.

Perlahan sekali tubuhku turun dan akhirnya terkulai lemas di pangkuan Mas Herman. Lalu tubuh Yuli mendekapku.
Dia berbisik padaku, “Ini.. belum seberapanya Sayaang.., nanti akan kamu rasakan punya suamiku..!” sambil berkata demikian dia mencium keningku.
Mas Herman beranjak dari duduknya dan berjalan entah ke arah mana, karena pada saat itu mataku masih terpenjam seakan enggan terbuka.

Entah berapa lama aku terlelap. Ketika kusadar, kubuka mataku perlahan dan mencari-cari Yuli dan Mas Herman sejenak. Mereka tidak ada di kamar ini, dan rupanya mereka membiarkanku tertidur sendiri. Aku menengok jam dinding. Sudah pukul sepuluh malam. Segera aku bangkit dari posisi tidurku, lalu berjalan menuju pintu kamar. Telingaku mendengar alunan suara musik klasik yang berasal dari ruangan tamu. Dan ketika kubuka pintu kamar itu yang kebetulan bersebelahan dengan ruang tamu, mataku menemukan suatu adegan dimana Yuli dan suaminya sedang melakukan persetubuhan.

Yuli dengan posisi menelentang di sofa sedang ditindih oleh Mas Herman dari atas. Terlihat tubuh Mas Herman sedang naik turun. Segera mataku kutujukan pada selangkangan mereka. Jelas terlihat penis Mas Herman yang berkilat sedang keluar masuk di vagina Yuli. Terdengar pula erangan-erangan yang keluar dari mulut Yuli yang sedang menikmati hujaman penis itu di vaginanya, membuat tubuhku perlahan memanas. Segera saja kuhampiri mereka dan duduk tepat di depan tubuh mereka.

Di sela-sela kenikmatan, Yuli menatapku dan tersenyum. Rupanya Mas Herman memperhatikan istrinya dan sejenak dia menghentikan gerakannya dan menengok ke belakang, ke arahku.
“Akh… Mas.., jangan berhentiii doong..! Oh..!” kata Yuli.
Dan Mas Herman kembali berkonsentrasi lagi dengan kegiatannya. Kembali terdengar desahan-desahan nikmat Yuli yang membahana ke seluruh ruangan tamu itu. Aku kembali gelagapan, kembali resah dan tubuhku semakin panas. Dengan refleks tanganku membelai vaginaku sendiri.

“Oh.. Santi.., nikmat sekaallii.. loh..! Akuu… ooh… mmh..!” kata Yuli kepadaku.
Aku melihat wajah nikmat Yuli yang begitu cantik. Kepalannya kadang mendongak ke atas, matanya terpejam-pejam. Sesekali dia gigit bibir bawahnya. Kedua tangannya melingkar pada pantat suaminya, dan menarik-narik pantat itu dengan keras sekali. Aku melihat penis Mas Herman yang besar itu semakin amblas di vagina Yuli. Samakin mengkilat saja penis itu.

“Oh Mas.., aku hampiir sampaaii..! Teruus… Mas… terus..! Lebih keras lagiih.., oooh… akh..!” kata Yuli.
Yuli mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya, Mas Herman terus dengan gerakannya menaik-turunkan tubuhnya dalam kondisi push-up.
“Maass.., akuuu… keluaar..! Aakh… mhh… nikmaats.., mmh..!” kata Yuli lagi dengan tubuh yang mengejang.
Rupanya Yuli mencapai orgasmenya. Tangannya yang tadi melingkar di pantat suaminya, kini berpindah melingkar di punggung.

Mas Herman berhenti bergerak dan membiarkan penis itu menancap dalam di lubang kemaluan Yuli.
“Owhh… banyak sekali Sayang.. keluarnya. Hangat sekali memekmu..!” kata Mas Herman sambil menciumi wajah istrinya.

Dapat kubayangkan perasaan Yuli pada saat itu. Betapa nikmatnya dia. Dan aku pun belingsatan dengan merubah-rubah posisi dudukku di depan mereka. Beberapa saat kemudian, Yuli mulai melemas dari kejangnya dan merubah posisinya. Segera dia turun dari sofa ketika Mas Herman mencabut penis dari lubang kenikmatan itu. Aku melihat dengan jelas betapa besar dan panjang penis Mas Herman. Dan ini baru pertama kali aku melihatnya, karena waktu tadi di dalam kamar, Mas Herman masih menutupi penisnya dengan celana dalam.

Dengan segera Yuli menungging. Lalu segera pula Mas Herman berlutut di depan pantat itu.
“Giliranmu… Mas..! Ayoo..!” kata Yuli.
Tangan Mas Herman menggenggam penis itu dan mengarahkan langsung ke lubang vagina Yuli. Segera dia menekan pantatnya dan melesaklah penis itu ke dalam vagina istrinya, diikuti dengan lenguhan Yuli yang sedikit tertahan.
“Owwh… Maas… aakh..!”
“Aduuh… Yulii.., jepit Sayangh..!” kata Mas Herman.

Lalu kaki Yuli dirapatkan sedemikian rupa. Dan segera pantat Mas Herman mulai mundur dan maju.Ufh.., pemandangan yang begitu indah yang kulihat sekarang. Baru kali ini aku menyaksikan sepasang manusia bersetubuh tepat di depanku secara langsung. Semakin mereka mempercepat tempo gerakannya, semakin aku terangsang begitu rupa. Tanganku yang tadi hanya membelai-belai vaginaku, kini mulai menyentuh kelentitku.

Kenikmatan mulai mengaliri tubuhku dan semakin aku tidak tahan, sehingga aku memasukkan jariku ke dalam vaginaku sendiri. Aku sendiri sangat menikmati masturbasiku tanpa lepas pandanganku pada mereka. Belum lagi telingaku jelas mendengar desahan dan rintihan Yuli, aku dapat membayangkan apa yang dirasakan Yuli dan aku sangat ingin sekali merasakannya, merasakan vaginaku pun dimasukkan oleh penis Mas Herman.

Beberapa saat kemudian Mas Herman mulai melenguh keras. Kuhentikan kegiatanku dan terus memperhatikan mereka.
“Aakhh… Yulii… nikmaats… aakh… aku keluaar..!” teriak Mas Herman membahana.
“Oh… Maas… akuu… juggaa… akh..!”
Kedua tubuh itu bersamaan mengejang. Mereka mencapai orgasmenya secara bersama-sama.

Penis Mas Herman masih menancap di vagina Yuli sampai akhirnya mereka melemas, dan dari belakang tubuh Yuli, Mas Herman memeluknya sambil meremas kedua payudara Yuli. Mas Herman memasukkan semua spermanya ke dalam vagina Yuli.

Lama sekali aku melihat mereka tidak bergerak. Rupanya mereka sangat kelelahan. Di sofa itu mereka tertidur bertumpukan. Tubuh Yuli berada di bawah tubuh Mas Herman yang menindihnya. Mata mereka terpejam seolah tidak menghiraukan aku yang duduk terpaku di depannya. Hingga aku pun mulai bangkit dari dudukku dan beranjak pergi menuju kamarku. Sesampai di kamar aku baru sadar kalau aku masih telanjang bulat. Maka aku pun balik lagi menuju kamar Yuli di mana celana dalam dan BH yang akan kupakai berada di sana.

Selagi aku berjalan melewati ruang tamu itu, aku melihat mereka masih terkulai di sofa itu. Tanpa menghiraukan mereka, aku terus berjalan memasuki kamar Yuli dan memungut celana dalam dan BH yang ada di lantai. Setelah kukenakan semuanya, kembali aku berjalan menuju kamarku dan sempat sekali lagi aku menengok mereka di sofa itu pada saat aku melewati ruang tamu.

Sesampai di kamar, entah kenapa rasa lelah dan kantukku hilang. Aku menjadi semakin resah membayangkan kejadian yang baru kualami. Pertama ketika aku dimasturbasikan oleh suami istri itu. Dan yang kedua aku terus membayangkan kejadian di mana mereka melakukan persetubuhan yang hebat itu. Keinginanku untuk merasakan penis Mas Herman sangat besar. Aku mengharapkan sekali Mas Herman sekarang menghampiri dan menikmatiku. Namun itu mungkin tidak terjadi, karena aku melihat mereka sudah lelah sekali.

Entah sudah berapa kali mereka bersetubuh pada saat aku terlelap tadi. Aku semakin tidak dapat menahan gejolak birahiku sendiri hingga aku merebahkan diri di kasur empuk. Dengan posisi telungkup, aku mulai memejamkan mata dengan maksud agar aku terlelap. Namun semua itu sia-sia. Karena kembali kejadian-kejadian barusan terus membayangiku. Secara cepat aku teringat bahwa tadi ketika mereka bersetubuh, aku melakukan masturbasi sendiri dan itu tidak selesai. Maka tanganku segera kuselipkan di selangkanganku. Aku membelai kembali vaginaku yang terasa panas itu.

Dan ketika tanganku masuk ke dalam celanaku, aku mulai menyentuh klitorisku. Kembali aku nikmat. Aku tidak kuasa membendung perasaan itu, dan jariku mulai menemukan lubang kemaluanku yang berlendir itu. Dengan berusaha membayangkan Mas Herman menyetubuhiku, kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang itu dalam-dalam. Kelembutan di dalam vaginaku dan gesekan di dinding-dindingnya membuatku mendesah kecil.

Sambil mengeluar-masukkan jari tengahku, aku membayangkan betapa besar dan panjangnya penis Mas Herman. Beda sekali dengan penis Mas Fandi yang kumiliki. Kemaluan Mas Herman panjang dan besarnya normal-normal saja. Sedangkan milik Mas Herman, sudah panjang dan besar, dihiasi oleh urat-uratnya yang menonjol di lingkaran batang kemaluannya. Itu semua kulihat tadi dan kini terbayang di dalam benakku.

Beberapa menit kemudian, ketika ada sesuatu yang lain di dalam vaginaku, semakin kupercepat jari ini kukeluar-masukkan. Sambil terus membayangi Mas Herman yang menyetubuhiku, dan aku sama sekali tidak membayangkan suamiku sendiri. Setiap bayangan suamiku muncul, cepat-cepat kubuang bayangan itu, hingga kembali Mas Herman lah yang kubayangkan.

Tanpa sadar, ketika aku akan mencapai orgasme, aku membalikan badan dan aku memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginaku. Dalam keadaan telentang aku mengangkangkan selebar mungkin pahaku. Kini dua jariku yang keluar masuk di lubang vaginaku. Maka kenikmatan itu berlanjut hebat sehingga tanpa sadar aku memanggil-manggil pelan nama Mas Herman.

“Akh… sshh… Masss… Sandii… Okh… Mass.. Mas.. Herman.. aakkh..!” itulah yang keluar dari mulutku.
Seer… aku merasa kedua jariku hangat sekali dan semakin licin. Aku mengangkat ke atas pinggulku sambil tidak melepas kedua jariku menancap di lubang vaginaku. Beberapa lama tubuhku merinding, mengejang, dan nikmat tidak terkira. Sampai pada akhirnya aku melemas dan pinggulku turun secara cepat ketika kenikmatan itu perlahan berkurang.

Aku mencabut jari jemariku dan cairan yang menempel di jari-jari itu segera kujilati. Asin campur gurih yang kurasakan di lidahku. Dengat mata yang terpejam-pejam kembali aku membayangkan penis Mas Herman yang sedang kuciumi, kuhisap, dan kurasakan. Cairan yang asin dan gurih itu kubayangkan sperma Mas Herman. Ohhh.., nikmatnya semua ini.

Dan setelah aku puas, barulah kuhentikan hayalan-hayalanku itu. Kutarik selimut yang ada di sampingku dan menutupi sekujur tubuhku yang mulai mendingin. Aku tersenyum sejenak mengingat hal yang barusan, gila… aku masturbasi dengan membayangkan suami orang lain.

Pagi harinya, ketika aku terjaga dari tidurku dan membuka mataku, aku melihat di balik jendela kamar sudah terang. Jam berapa sekarang, pikirku. Aku menengok jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku kaget dan bangkit dari posisi tidurku. Ufh.., lemas sekali badan ini rasanya. Kukenakan celana dalamku. Karena udara sedikit dingin, kubalut tubuhku dengan selimut dan mulai berdiri.

Ketika berdiri, sedikit kugerak-gerakan tubuhku dengan maksud agar rasa lemas itu segera hilang. Lalu dengan gontai aku berjalan menuju pintu kamar dan membuka pintu yang tidak terkunci.

Karena aku ingin pipis, segera aku berjalan menuju kamar mandi, sesampainya di kamar mandi segera kuturunkan celana dalamku dan berjongkok. Keluarlah air hangat urine-ku dari liang vagina. Sangat banyak sekali air kencingku, sampai-sampai aku pegal berjongkok. Beberapa saat kemudian, ketika air kencingku habis, segera kubersihkan vaginaku dan kembali aku mengenakan celana dalamku, lalu kembali pula aku melingkari kain selimut itu, karena hanya kain ini yang dapat kupakai untuk menahan rasa dingin, baju tidur yang akan dipinjamkan oleh Yuli masih berada di kamarnya.

Aku keluar dari kamar mandi itu, lalu berjalan menuju ruangan dapur yang berada tidak jauh dari kamar mandi itu, karena tenggorokanku terasa haus sekali. Di dapur itu aku mengambil segelas air dan meminumnya.

Setelah minum aku berjalan lagi menuju kamarku. Namun ketika sampai di pintu kamar, sejenak pandangan mataku menuju ke arah ruang tamu. Di sana terdapat Mas Herman sedang duduk di sofa sambil menghisap sebatang rokok. Matanya memandangku tajam, namun bibirnya memperlihatkan senyumnya yang manis. Dengan berbalut kain selimut di tubuhku, aku menghampiri Mas Herman yang memperhatikan aku. Lalu aku duduk di sofa yang terletak di depannya. Aku membalas tatapan Mas Herman itu dengan menyunggingkan senyumanku.

“Yuli mana..?” tanyaku padanya membuka pembicaraan.
“Sedang ke warung sebentar, katanya sih mau beli makanan..!” jawabnya.
“Mas Herman tidak kerja hari ini..?”
“Tidak akh.., malas sekali hari ini. Lagian khan aku tak mau kehilangan kesempatan..!” sambil berkata demikian dengan posisi berlutut dia menghampiriku.

Setelah tepat di depanku, segera tangannya melepas kain selimut yang membungkusi tubuhku. Lalu dengan cepat sekali dia mulai meraba-raba tubuhku dari ujung kaki sampai ujung pahaku. Diperlakukan demikian tentu saja aku geli. Segera bulu-bulu tubuhku berdiri.
“Akh… Mas..! Gellii..!” kataku.
Mas Herman tidak menghiraukan kata-kataku itu.

Kini dia mulai mendaratkan bibirnya ke seluruh kulit kakiku dari bawah sampai ke atas. Perlakuannya itu berulang-ulang, sehingga menciptakan rasa geli campur nikmat yang membuatku terangsang. Lama sekali perlakuan itu dilakukan oleh Mas Herman, dan aku pun semakin terangsang.
“Akh… Mas..! Oh.., mmh..!” aku memegang bagian belakang kepala Mas Herman dan menariknya ketika mulut lelaki itu mencium vaginaku.
Semakin aku mengangkangkan pahaku, dengan mesranya lidah Mas Herman mulai menjilat kemaluanku itu. Tubuhku mulai bergerak-gerak tidak beraturan, merasakan nikmat yang tiada tara di sekujur tubuhku.

Aku membuang kain selimut yang masih menempel di tubuhku ke lantai, sementara Mas Herman masih dengan kegiatannya, yaitu menciumi dan menjilati vaginaku. Aku menengadah menahan nikmat, kedua kakiku naik di tumpangkan di kedua bahunya, namun tangan Mas Herman menurunkannya dan berusaha membuka lebar-lebar kedua pahaku itu. Karuan saja selangkanganku semakin terkuak lebar dan belahan vaginaku semakin membelah.
“Akh.. Mas..! Shh.. nikmaats..! Terus Mass..!” rintihku.

Kedua tangan Mas Herman ke atas untuk meremas payudaraku yang terasa sudah mengeras, remasan itu membuatku semakin nikmat saja, dan itu membuat tubuhku semakin menggelinjang. Segera aku menambah kenikmatanku dengan menguakkan belahan vaginaku, jariku menyentuh kelentitku sendiri. Oh.., betapa nikmat yang kurasakan, liang kemaluanku sedang disodok oleh ujung lidah Mas Herman, kedua payudaraku diremas-remas, dan kelentitku kusentuh dan kupermainkan. Sehingga beberapa detik kemudian terasa tubuhku mengejang hebat disertai perasaan nikmat teramat sangat dikarenakan aku mulai mendekati orgasmeku.

“Oh… Mas..! Aku… aku… akh.., nikmaats… mhh..!” bersamaan dengan itu aku mencapai klimaksku.
Tubuhku melayang entah kemana, dan sungguh aku sangat menikmatinya. Apalagi ketika Mas Herman menyedot keras lubang kemaluanku itu. Tahu bahwa aku sudah mencapai klimaks, Mas Herman menghentikan kegiatannya dan segera memelukku, mecium bibirku.

“Kamu sungguh cantik, Santi.., aku cinta padamu..!” sambil berkata demikian, dengan pinggulnya dia membuka kembali pahaku, dan terasa batang kemaluannya menyentuh dinding kemaluannku.
Segera tanganku menggenggam kemaluan itu dan mengarahkan langsung tepat ke liang vaginaku.
“Lakukan Mas..! Lakukan sekarang..! Berikan cintamu padaku sekarang..!” kataku sambil menerima setiap ciuman di bibirku.

Mas Herman dengan perlahan memajukan pinggulnya, maka terasa di liang vaginaku ada yang melesak masuk ke dalamnya. Gesekan itu membuatku kembali menengadah, sehingga ciumanku terlepas. Betapa panjang dan besar kurasakan. Sampai aku merasakan ujung kemaluan itu menyentuh dinding rahimku.
“Suamimu sepanjang inikah..?” tanyanya.
Aku menggelengkan kepala sambil terus menikmati melesaknya penis itu di liang vaginaku.

Beberapa saat kemudian sudah amblas semua seluruh batang kemaluan Mas Herman. Aku pun sempat heran, kok bisa batang penis yang panjang dan besar itu masuk seluruhnya di vaginaku. Segera aku melipatkan kedua kakiku di belakang pantatnya. Sambil kembali mencium bibirku dengan mesra, Mas Herman mendiamkan sejenak batang penisnya terbenam di vaginaku, hingga suatu saat dia mulai menarik mundur pantatku perlahan dan memajukannya lagi, menariknya lagi, memajukannya lagi, begitu seterusnya hingga tanpa disadari gerakan Mas Herman mulai dipercepat. Karuan saja batang penis yang kudambakan itu keluar masuk di vaginaku. Vagina yang seharusnya hanya dapat dinikmati oleh suamiku, Mas Fandi.

Di alam kenikmatan, pikiranku menerawang. Aku seorang perempuan yang sudah bersuami tengah disetubuhi oleh orang lain, yang tidak punya hak sama sekali menikmati tubuhku, dan itu sangat di luar dugaanku. Seolah-olah aku sudah terjebak di antara sadar dan tidak sadar aku sangat menikmati perselingkuhan ini. Betapa aku sangat mengharapkan kepuasan bersetubuh dari lelaki yang bukan suamiku. Ini semua akibat Yuli yang memberi peluang seakan sahabatku itu tahu bahwa aku membutuhkan ini semua.

Beberapa menit berlalu, peluh kami sudah bercucuran. Sampailah aku pada puncak kenikmatan yang kudambakan. Orgasmeku mulai terasa dan sungguh aku sangat menikmatinya. Menikmati orgasmeku oleh laki-laki yang bukan suamiku, manikmati orgasme oleh suami sahabatku. Dan aku tidak menduga kalau rahimku pun menampung air sperma yang keluar dari penis lelaki selain suamiku.

Susah dapat bonus dari web lain ? Coba gabung aja di JBMBET! Agen Judi Indonesia Proses depo dan withdraw cepat :) Selalu bisa bekerja sama dengan member :) Bonus gampang didapatkan :) Tunggu apa lagi ? Gabung di JBMBET

Cerita Sex | Cerita Bokep | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex Pemerkosaan | Cerita Sex ABG | Cerita Sex Tante | Cerita Bikin Sange | Cerita Tante Heni | Cerita Dewasa | Cerita Panas | Crita Nentot SPG | Cerita Sex Pramugari
Juli 26, 2019 Posted by Tips Hoki No comments Posted in
Jbmsex.blogspot.com, Indonesia - Cerita Seks Istriku di Perkosa Supir Dan Menikmatinya, Namaku Ratna, umurku sudah 25 tahun. Waktu menikah umurku masih 19 tahun dan sekarang Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang.

Agen Judi Indonesia

Cerita Seks Istriku di Perkosa Supir Dan Menikmatinya

Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku.

Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran.

Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan. Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya.

Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku.

Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada.

Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku.

Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.

Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup. “Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.

Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku. “Yoga.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot. “silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.

Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari.

Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya.

Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku. “Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar. “Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet.

“Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang.

Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu.

Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka.

Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi.

Baca Juga : Cerita Seks Kekasih Baru Yang Binal


“Yoga.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis. Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya.

Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya.

Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk.

Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku. “Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku. “Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.

“Tapi saya majikan kamu Yoga..” kataku mencoba mengingatkan. “Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan. “Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.

“Tapi malam ini Bu Ratna harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli. Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang.

Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya.

Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu.

“Yoga.. jangan Yoga.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya. Namun Yoga, supirku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku.

“Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.

Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku. “Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku.

Agen judi Indonesia

Tangan Mas Yoga terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli.

Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk.

Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing. “Ouh.. Ratna.. wajahmu cukup merangsang sekali Ratna..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.

Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian, “Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu.

Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya. Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah.

“Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Yoga melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku.

Tidak berapa lama kemudian kurasakan bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan. Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang.

Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang vaginaku yang paling sensitif itu. “Yoga.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aar.. riss..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya.

Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya. “Ouh.. Yoga..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.

“Sabar Win.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya. Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Yoga lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu.

“Bu Ratna.., saya entot sekarang ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah. “Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku.

“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..” “Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya. Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir vaginaku.

Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu.

Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai, “Ouhh..” Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku.

“Sialan kamu Yoga!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.

Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali. “Kamu gila Yoga, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku. “Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.

“Tenang Bu Ratna.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Ratna.” ucapnya dengan tenang. “Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus. “Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Ratna enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.

“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Yoga..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama merencanakannya. “Bagaimana Bu Ratna..?

Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Yoga..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas. “Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku.

Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali.

“Kok ngak dijawab sich!” tanya supirku lagi. “Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Yoga!” kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku. “Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku.

Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding.

Setelah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu.

Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Yoga supirku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.

Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil. Lalu diambilnya sabun Lux cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya.

Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke buah dadaku yang kanan. Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits.

Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku. “Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir vaginaku.

Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun Lux cair itu menjadi semakin berbusa. Cerita Sex ABG

Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan badan, supirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.

“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara. Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan.

Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi.

Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal.

Supirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku.

Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang. “Biar saya yang suapin Bu Ratna yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya. “Kamu yang masak Yoga!” tanyaku ingin tahu. “Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supirku.

“Ayo dicicipi!” katanya lagi. Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.

Bolehkan saya memanggil Bu Ratna dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue. “Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku. “Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.” Kalau saya boleh manggil Mbak Ratna, berarti Bu Ratna eh.. salah maksudnya Mbak Ratna, panggil saya Bang aja yach!” celetuknya meminta.

“Terserah kamu saja ” kataku. “Sudah nggak capai lagi kan Mbak Ratna!” sahut supirku. “Memang kenapa!?” tanyaku. “Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.

Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi saja aku diperkosanya malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati. Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku.

Susah dapat bonus dari web lain ? Coba gabung aja di JBMBET! Agen Judi Indonesia Proses depo dan withdraw cepat :) Selalu bisa bekerja sama dengan member :) Bonus gampang didapatkan :) Tunggu apa lagi ? Gabung di JBMBET

Cerita Sex | Cerita Bokep | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex Pemerkosaan | Cerita Sex ABG | Cerita Sex Tante | Cerita Bikin Sange | Cerita Tante Heni | Cerita Dewasa | Cerita Panas | Crita Nentot SPG | Cerita Sex Pramugari
Juli 04, 2019 Posted by Tips Hoki No comments Posted in
Jbmsex.blogspot.com, Indonesia - Cerita Seks Kekasih Baru Yang Binal, ini terjadi ketika saya masih di kelas 3 SMU di Bandung. Sebetulnya saya menyadari bahwa ada kecenderungan yg berbeda pada diri saya sejak saya masih kecil. Tapi saya tidak merisaukannya. Selama tidak kita eksplor, kecenderungan itu tidak akan membahayakan. Tapi saya sangat menyukai hal ini. Ini adalah pengalaman nyata.

Cerita Seks Kekasih Baru Yang Binal

Cerita Seks Kekasih Baru Yang Binal

Saya bisa di bilang berasal dari keluarga yg cukup mampu, dan banyak yg bilang kalau saya cukup tampan, karena banyak cewek yg naksir (itu kata temen cewek saya pada saya bila ada temannya yg naksir pada saya) tapi biasanya itu baru mereka katakan setelah lama berlalu, jadi saya tidak menangapi, lagian saya termasuk orang yg rada pendiam dan cenderung pemalu sama cewek.

Di sekolah, saya cukup terkenal, baik karena saya bisa dibilang kece’ (itu bahasa yg sering digunakan waktu itu) maupun karena ortu gue yg cukup dikenal dikalangan mereka dan ortu mereka,

karena kebanyakan ortu saya adalah atasan ortu mereka. Tapi saya tidak sombong dengan hal itu, karena saya punya teman dan sahabat dari semua kalangan, walaupun pada awalnya saya sering dibilang sombong karena sifat pendiam saya.

Waktu itu saya di comblangin dengan seorang cewek, yg saya tahu sudah suka sama saya sejak SMP (kami satu SMP). Pada awalnya saya kurang setuju, karena itu cewek bukan type saya (saya suka cewek cantik, sexy, putih dan rambut panjang)

sedang dia walaupun tidak bisa dibilang cantik, biasa sajalah, tapi sepertinya punya daya tarik sendiri kalau kita sudah mengenalnya (entah apa), mungkin matanya yg indah, kulitnya hitam manis dan rambutnya pendek cenderung cepak, tapi berhubung yg nyomblangin sahabat gue sendiri yg pacaran sama sobatnya itu cewek, akhirnya aku mau diajak kerumah itu cewek, Yeni  namanya, dengan alasan pinjam buku, komik.

Singkatnya lama-lama kami saling suka karena sering ngobrol, curhat, aku berani bilang suka sama dia karena aku yakin nggak bakal ditolak, karena dia memang aku tahu sudah suka sama aku sejak dulu.

Dan karena itu aku jadi merasa punya kuasa dan pegang kendali terhadapnya, walaupun dia agak tomboy tapi kalau sama aku dia nggak pernah ngelawan, mungkin karena perhatianku padanya, sedang dia sangat kurang kasih sayg, karena selama ini dia tinggal dengan tantenya sejak kecil, sedang ortunya ada di luar jawa.

Seperti yg aku ceritakan di awal, bahwa aku merasa ada yg berbeda dengan diriku, yaitu aku suka lihat cewek sexy, dan aku ingin cewekku juga terlihat sexy jika jalan denganku.

Tapi caraku mungkin agak berbeda, karena yg aku lakukan sepertinya lebih cenderung memintanya memamerkan kesexyannya di public. Dan itu sangat membuat aku horny. Walaupun aku melakukanya dengan bertahap, dan tidak vulgar.

Baca Juga : Cerita Seks Pemerkosaan Membawa Kenikmatan


Pada awalnya, seperti bisanya orang pacaran, jika aku datang ke rumah Yeni malem minggu aku mengajaknya bercumbu, ciuman, bibirnya lembut, nafasnya harum, lama-lama aku berani memintanya melepaskan branya, agar aku bisa mencumbunya dengan lebih bernafsu, dan sepertinya dia juga suka dengan belaianku itu,

karena jika dia menuruti kemauanku dia merasa aku makin sayg padanya. Dan itu benar, karena saat dia mau untuk tidak memakai Bra, aku merasa dia sangat sexy, dan aku suka melihat gadis sexy, sehingga aku juga memperlakukanya dengan lembut.

Lama kelamaan, aku memintanya agar jika aku datang kerumahnya kapanpun, agar dia tidak usah memakai BH. Dan dia menurutinya, setiap aku datang dia selalu hanya memakai kemeja, kaos atau apapun itu tanpa memakai BH, yg pada intinya memudahkan aku melihat payudaraya yg tidak begitu besar tapi indah, dengan putingnya yg mengarah ke atas.

Memang aku sering memintanya untuk tidak mengancingkan seluruh kancing bajunya, sehingga aku bisa melihat keindahan dan sexy-an tubuhnya, bahkan terkadang hanya tinggal satu kancing saja yg masih terpasang.

Dan bila ada orang datang atau orang rumah lewat, dia hanya menutupi dadanya dengan bantal kursi tamu, yg dia siapkan di panngkuannya. Jadi selama aku berada di sampingnya dia selalu dalam keadaan setengah telanjang.

Bahkan bila keadaan aman (orang rumahnya pergi) aku tidak memperbolehkannya memakai atasan sama sekali! sehinga selama itu dia melayani aku, baik itu menyediakan minum dan makan (karena biasaya aku lama sekali bila berkunjung ke rumahnya) dengan keadaan setengah telanjang.

Tapi sama sekali aku tidak pernah menyetubuhinya, paling hanya mencumbunya mencium dan mempermainkan vaginanya dengan tanganku (karena aku masih takut dengan akibatnya). Dan selama itu pula aku tidak pernah membuka bajuku satupun,

walaupun penisku sangat keras berdiri, karena aku sangat terangsang, bahkan kadang sampai menggigil. Sampai pada suatu saat dimana dia mulai terbiasa dan tidak malu lagi, entah kenapa waktu itu aku kurang suka melihat daerah v-nya yg berbulu lebat, karena bagiku itu mengurangi ke sexi-an dan keindahan tubuh mulusnya.

Aku sangat terangsang sekali bila itu terjadi, karena tidak setiap minggu itu bisa terlaksana, tergantung keadaan rumahnya. Aku merasa sangat berkuasa terhadapnya bila aku bisa “memaksanya” melakukan itu semua, aku sendiri waktu itu heran kenapa Yeni rela melakukan semua itu untukku, mungkinkah dia sanggat mencintaiku..?!

Walaupun tak bisa kupungkiri akhirnya lambat laun akupun sayg padanya. Tapi keinginanku untuk bisa memamerkan kesexy-an tubuhnya juga makin menggebu. Karena memang selama ini hanya aku yg bisa menikmati keindahan tubuhnya. Hingga pada suatu saat aku ingin memberikan kejutan pada pacarku itu.

Kalau tidak salah waktu itu adalah malam minggu, hari wajib aku apel kerumahnya. Sebelumnya aku telpon dia, mengabari bahwa aku baru akan datang jam 19.30-an dan kuminta dia untuk berpakaian seperti biasanya, yaitu tanpa memamakai Bra serta dandan yg cantik, entah kenapa sejak dia jalan dengan ku banyak yg bilang kalau dia makin feminin dan terlihat manis. Menurut pengakuan Yeni sih untuk mengimbangi aku, agar aku tidak malu jalan dengan dia.

Aku sih senang saja dengan hal itu. Walaupun sebetulnya tidak masalah juga kalau dia tetap tomboy, tapi aku bangga juga dengan pengorbanan dan usahanya untuk tampil menarik, karena itu semua untukku. Waktu itu aku mengajak teman-teman bandku untuk datang kerumah Yeni, jumlah kami berlima, aku tidak memberi tahu Yeni bahwa aku akan datang berlima, karena memang biasanya aku hanya datang sendiri.

Walaupun mereka sudah kenal beberapa bulan sebelumnya, temanku adalah teman Yeni juga. Seperti yg sudah kuduga, begitu kupijit bel pintu rumahnya, yg membukakan pintu adalah dia sendiri karena dia tahu aku akan datang.

Waktu itu, dia memakai rok jeans di atas lutut, dan kemeja putih tangan pendek, dan yg paling penting adalah dia benar benar terlihar cantik karena payudaranya secara samar terbayg di balik kemeja putihnya.

Dia tampak terkejut karena tidak menygka aku datang bersama teman-teman ku, aku dan teman teman dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu, dia sedikit salah tingkah sepertinya, karena merasa malu, takut toketnya terbayg di balik kemejanya, padahal jika tidak diperhatikan tidak begitu terlihat.

Agen Judi Indonesia

Hanya sepertinya teman temanku mengetahuinya, karena saat Yeni berjalan guncangan payudaranya agak berbeda. Kami bercanda dan berbincang sejenak, teman temanku banyak memuji Yeni karena terlihat cantik dan sexy malam itu, beda dengan saat mereka terakhir bertemu beberapa bulan lalu, ketika pertama akali dia ku perkenalkan pada mereka, saat baru jadian.

Kemudian Yeni pamit untuk mengambilkan minum bagi kami semua. Saat Yeni kebelakang, teman temanku pada ribut, menanyakan padaku apakah Yeni bener tidah pake BH?! Sexy banget deh! begitu kata mereka.

Aku hanya senyum senyum saja sambil mengangguk, dan dalam hati merasa senang karena bisa memamerkan kesexian pacarku pada teman-temanku. Saat Yeni kembali datang dengan membawa baki minuman, mereka langsung kompak terdiam, pura pura tidak terjadi apa-apa, tapi kelakuan mereka yg tampak menahan senyum, membuat Yeni penasaran, dan bertanya padaku.

“Ada apa sih..?!” “Nggak cuman tadi waktu kamu ke belakang mereka pada bilang kalau kamu sexy sekali dengan berpakaian seperti itu, beda dengan saat pertama mereka bertemu denganmu!” jawabku. “Iya Yen, kamu sexy sekali deh kalau nggak pake BH” kata Agung, salah seorang temanku yg terkenal ceplas ceplos. Secara reflek perlahan Yeni menggunakan baki yg dia bawa untuk menutupi dadanya, tapi secara tegas kukatakan.

“Udahlah nggak usah ditutup tutupi, mereka sudah tahu kok, kalau kamu nggak pake BH!” “Sini bakinya!” pintaku. Akhirnya karena sudah kepalang basah mungkin, Yeni secara rela menemani aku dan teman temanku ngobrol dan bercanda dengan keadaan yg seperti itu.

Baju putih yg agak transparant membuat payudaranya membayg, apalagi saat kami tertawa, goncangan badanya membuat dirinya makin terlihat sexy, karena payudaranya bergoyg goyg naik turun, ditambah lagi ada saat dimana kulit payudaranya terlihat di sela sela kancing bajunya.

Dan akhirnya Yenipun merasa terbiasa dan nyaman dengan keadaannya. Kemudian karena perutku yg minta diisi, karena belum makan dari sore, akhirnya setelah minta ijin sama tantenya aku mengajak Yeni makan malam di luar.

Tadinya Yeni berencana untuk memakai BHnya dulu, tapi karena kularang, dan mengatakan “Ini kan malam hari, jadi nggak bakal ketauan deh!” kataku mencari alasan. Maka dia pun menurut saja. Entah kenapa jika dia menuruti kemauanku untuk memperlihatkan keindahan tubuhnya, aku makin sayg padanya.

Dan dadaku berdegup kencang karena exciting, bahwa keinginanku untuk memamerkan kesexian pacarku malam ini akan terlaksana. Dan kamipun meluncur di jalan dengan menggunakan mobil kijangku, kuminta Iwan temanku yg menyetir mobil, sedang aku dan Yeni duduk jok tengah sedang dua temanku yg lain duduk di jok belakang.

Dalam perjalanan kudoktrin Yeni agar nanti dia pede aja jalan di sampingku, karena aku bangga punya pacar yg sexy seperti dia, yg dapat menarik perhatian semua orang. Ia pun mengangguk, dan akupun mengatakan betapa aku makin sayg padanya karena itu semua.

Kemudian aku memintanya (mungkin lebih cenderung dibilang agak memaksa) untuk melepaskan satu kancing bajunya yg paling atas agar dia lebih terlihat cantik, menarik dan sexy, Pada awalnya dia menolak, tapi setelah agak kupaksa dengan mengatakan bahwa aku senang punya pacar yanng sexy,

akhirnya dia mau untuk membuka satu kancing bajunya (mungkin dia takut aku putusin. Bukan sombong tapi aku tahu kelemahanya, yaitu dia sudah naksir aku dari SMP dulu).

Kesanggupannya untuk membuka satu kancing baju bagian atasnya itu disambut oleh tepuk tangan dan siulan teman temanku yg mendengarnya. Dan mereka berani menjamin nggak akan ada yg berani ganggu, karena mereka akan menjaganya. Cerita Seks Tante

Tapi untuk menjaga kemungkinan bahwa dia akan mengancingkan kembali bajunya, maka aku mengambil gunting dari belakang jok supir dan menggunting satu kacingnya sampe putus sambil nyengir, “Takut kamu ingkar janji!” kataku pada Yeni. Dan dia hanya memukulku manja.

Dengan begitu keinginanku yg rada aneh tapi membuatku sangat terangsang itu akan lancar terlaksana. Malam itu aku mengajak Yeni jalan jalan dan makan di kawasan Dago yg setipa malam minggu pasti ramai dikunjungi para kaum muda.

Dengan tanpa memakai Bra dan kancing bagian atas yg terbuka alias putus, maka dengan begitu, setiap orang akan dengan leluasa melihat keindahan payudaranya setiap ia berjalan, menunduk, atau bahkan orang yg berada disebelahnya akan dapat melihat payudaranya dari samping.

Karena aku melarangnya untuk menutupi dengan tangannya. “Jadi anggap saja seperti biasa” kataku, saat dia merasa canggung dengan tatapan semua orang terutama cowok padanya yg lebih banyak mengarah pada buah dadanya.

Yeah.. Walaupun payudaranya tidak begitu besar, tapi bagiku ukuran 32B sangat menarik, dan sangat sexy untuk diperlihatkan secara tidak terang terangan. Aku sengaja mengajaknya duduk berdua saja dan berhadap hadapan, agar terkesan romantis.

Dan setelah makan selesai, aku kembali memintanya untuk melepaskan satu kancing bajunya lagi, dan kemudian memberinya uang untuk membayar semua makanan yg kami pesan, semula ia agak ragu, tapi dengan bulat tekad ia akhirnya mau melakukan yg kupinta (kali ini tak ada sedikitpun pemaksaan).

Saat itu akupun sedikit heran, kenapa Yeni dengan suka rela mau melakukannya, padahal itu berarti dia akan memamerkan dengan lebih jelas pada semua orang kesexi-an tubuhnya.

Ia berjalan seorang diri dengan mantap, tanpa terlihat malu, melangkah menuju meja kasir. Tentunya aku sangat terangsang sekali ketika semua mata cowok melihat dirinya dengan tatapan yg bagiku seperti terlihat iri dan ingin memiliki dirinya.

Dalam hati aku berkata: “Ia pacarku bung, ingin ya punya pacar seperti dia?!” Dikesempatan lain saat kutanyakan pada Yeni, mengapa saat itu ia mau melakukan semua itu, dengan tanpa memakai Bra dan dengan baju yg rada transparan serta dua kacing yg terbuka, berjalan di tengah ruangan yg lumayan banyak orang, memperlihatkan goygan toketnya saat berjalan dan tentunya memperlihatkan sebagian keindahan tubuhnya pada orang yg memandangnya.

Ia hanya menjawab, karena dia ingin membuktikan cintanya padaku, ia ingin membuat aku senang, sehingga aku tak akan meninggalkannya. Karena ia sangat mencintaiku.

Susah dapat bonus dari web lain ? Coba gabung aja di JBMBET! Agen Judi Indonesia Proses depo dan withdraw cepat :) Selalu bisa bekerja sama dengan member :) Bonus gampang didapatkan :)
Tunggu apa lagi ? Gabung di JBMBET

Cerita Sex | Cerita Bokep | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex Pemerkosaan | Cerita Sex ABG | Cerita Sex Tante | Cerita Bikin Sange | Cerita Tante Heni | Cerita Dewasa | Cerita Panas | Crita Nentot SPG | Cerita Sex Pramugari
Juni 28, 2019 Posted by Tips Hoki No comments Posted in ,
Jbmsex.blogspot.com, Indonesia - Cerita Seks Pemerkosaan Membawa Kenikmatan, Saat liburan didesan musimnya saat itu musim hujan, Hani berteduh di sebuah rumah yang ada terasnya, Hani pun melihat kejadian yang mana ada seorang pria yang dipukuli oleh beberapa orang, Tiba tiba pintu rumahnya terbuka dan menyentak Hani untuk segera masuk kedalam rumah, seorang pria yang berbadan kekar menyeret tubuh Hani memaksa untuk masuk kedalam.

Cerita Seks Pemerkosaan Membawa Kenikmatan

Cerita Seks Pemerkosaan Membawa Kenikmatan

Pria berambut kucir itu segera membekap mulut gadis itu dan meminting tangannya ke belakang agar tidak berteriak lagi.

“Siapa nih!?” tanya Ujang pada pria itu.

“Dia ada di halaman samping Bos, waktu saya panggil dia lari…dia pasti udah liat semuanya” jawab pria itu.

“Ngapain lu disini hah!?” bentak Ujang.

“Mmhh…saya…saya cuma lewat mau pulang ke vila, tapi hujan tambah besar jadi saya kepaksa berteduh dulu…tolong lepasin saya, bener saya ga liat apa-apa!” jawab gadis itu ketakutan, matanya yang indah mulai berkaca-kaca.

“Bohong Bos, dia pasti udah denger dan liat semuanya!” potong si rambut kuncir, “untung tadi saya sigap”

“Gimana nih Bos sekarang?” tanya Dodi menunggu perintah.

Ujang mengelus-elus dagunya yang berjenggot kambing itu sambil memandangi gadis itu. Usianya masih muda sekitar awal 20an, dari penampilannya sepertinya ia seorang mahasiswi.

Parasnya sungguh cantik dengan rambut hitam yang lurus dan panjang, tubuhnya yang langsing dibungkus oleh kaos hitam tanpa lengan dilapisi cardigan pink untuk melindungi dari udara malam serta bawahan berupa celana pendek longgar yang menggantung sejengkal di atas lutut sehingga memperlihatkan pahanya yang jenjang dan mulus. Pakaian dan rambutnya agak basah terkena hujan, nampaknya ia memang bermaksud berteduh.

“Siapa namalu manis?” tanya Ujang mendekati dan mengelus pipi gadis itu.

“Kalau ditanya jawab hah! Siapa nama lo!?” bentaknya melihat gadis itu terdiam ketakutan.

“Saya…Hani, tolong lepaskan saya, saya gak akan bilang siapa-siapa” ibanya tanpa bisa menahan air matanya yang menetes membasahi pipi.

“Hani heh, nama yang indah, seindah rupanya hahaha!” Ujang mengangkat dagu gadis itu, menatapi wajah cantik itu sambil tertawa disambut tawa kedua anak buahnya.

Rabaan Ujang dari pipinya merambat turun ke leher, bahu, hingga akhirnya payudara kiri Hani.

“Jangan…jang…eemmhphp!” jeritan Hani langsung terhambat karena si pria berkucir kembali membekap mulutnya.

“Buka mulutnya Di, biar aja dia teriak…ayo teriak, ga akan ada yang denger suara lu, daerah ini sepi dan lagi hujan!” kata Ujang sambil tangannya mulai meremasi payudara gadis itu.

“Ayo kita nikmatin dulu cewek cantik ini, sayang kan yang bening gini lepas gitu aja…

“Siap Bos…kita juga kebagian kan, capek nih dari tadi mukulin melulu hehehe!” Dodi nampak antusias dan tersenyum mesum, demikian pula Yanto, temannya yang rambutnya dikucir itu.

“Hehe…emang Bos dingin-dingin gini paling enak ya ngentot!” sahut Yanto yang tangannya mulai ikut menggerayangi tubuh Hani.

“Hentikan! Jangan lakukan itu!” jerit Hani sambil meronta berusaha melepaskan diri, namun tenaganya bukanlah tandingan kedua pria itu yang telah menghimpit tubuhnya.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya menghindari Ujang yang hendak melumat bibirnya, sementara tangan-tangan kasar mereka sudah bergerilya di tubuhnya. Dalam satu kesempatan ketika kuncian Yanto mengendur karena sibuk menggerayangi tubuhnya

Hani berhasil menendang perut Ujang dengan lututnya sehingga pria itu terhuyung ke belakang sambil mengaduh memegangi perutnya. Gadis itu buru-buru lari ke arah pintu, namun baru saja beberapa langkah sebuah tangan menariknya ke belakang.

Dodi yang baru saja mengencangkan ikatan Robby dan mengikat mulutnya, rupanya bertindak cukup sigap. Ia berhasil menggapai cardigan gadis itu, menariknya hingga lepas dari tubuhnya. Sesaat kemudian gadis itu sudah berada dalam dekapannya.

“Bajingan! Lepaskan saya!” jerit Hani memakinya.

“Huehehe…mau kemana Han…emmhh…uuh!” Dodi memperkuat dekapannya sambil berusaha menciumi leher dan tenguk gadis itu.

“Plak! Aawww!” rintih Hani ketika telapak tangan Ujang yang marah mendarat di pipinya.

“Diam perek!” bentaknya.

Air mata gadis itu makin mengucur membasahi pipinya ketika tangan Ujang membetot keras kaosnya hingga robek. Mata ketiga pria bejat itu melotot melihat buah dada gadis itu yang masih terlindung di balik bra kremnya. Tubuh Hani bergetar saat Dodi menyusupkan tangannya ke balik branya dan mulai meremas payudaranya dengan kasar, jarinya sesekali menjepit dan memelintir Putingnya.

“Wuih…ini bener-bener mantep Bos, montok bener!” celoteh Irsad.

Hani semakin menangis mengiba dan menjerit ketika Ujang menarik lepas branya. Terlihat dua buah payudara Hani yang bulat dan masih kencang.

“Wow…kenceng bener tetek lo Han! Enak tuh klo kita remes dan isep-isep. Hahahaha……”. “Liat Putingnya juga masih kecil. Nanti gw bikin keras dan mancung biar lebih seksi” celoteh Ujang.

“Jangan nangis sayang, kita kan mau bersenang-senang. Hahaha….!” kata Ujang sambil meremas payudaranya, “yang gini nih yang gua suka, bener-bener seger!”

“Ayo Han, abang bisa kok bikin Non Hani kejang-kejang keenakan huehehehe!” Yanto mendekatinya dan mulai menggerayangi tubuh atasnya yang sudah topless.

Desahan gadis itu di sela-sela tangisannya membuat ketiga pria bejat yang mengerubunginya semakin bernafsu. Tangan Yanto kini merambat turun ke bawah, menyusup masuk ke pinggang celana pendek yang dikenakan gadis itu.

Hani merasakan tangan kasar pria itu menyentuh permukaan vaginanya, jari-jarinya mengelusi bibir vaginanya. Tubuhnya menggelinjang ketika jari-jari itu menyusup ke vaginanya dan mulai bergerak keluar masuk menggeseki dinding vaginanya. Pada saat yang sama, Ujang menundukkan badannya dan melumat payudara Hani dengan gemas.

“Mmhhh…lepaskan…aaahhh-aahh….jangan!” ia mulai mendesah tak tertahankan.

Dodi menyibakkan rambut panjang gadis itu ke kanan agar bisa menjilati dan mencupang leher sebelah kirinya. Lidah Dodi yang kasar dan basah itu menyapu telak kulit lehernya membuat bulu kuduk gadis itu merinding.

Mereka lalu menyeret tubuh Hani dan membaringkannya di atas sebuah meja kayu di ruangan itu. Ujang yang mengambil posisi di antara paha gadis itu menarik lepas celana pendek berikut dalamannya. Kini vagina Hani yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat terekpos sudah membuat mata ketiga pria bejat itu nanar menatapinya.

“Wah…gua suka yang kaya gini, jembut lebat, bibirnya rapet!” sahut Ujang sambil meraba kemaluan gadis itu yang sudah agak basah karena dipermainkan Yanto tadi.

Baca Juga : Cerita Seks Permainan ML Suamiku Membuat Aku Betah di Rumah


Ia lalu menusukkan jari tengahnya ke liang vagina Hani sehingga tubuh gadis itu mengejang dan jeritan kecil keluar dari mulutnya. Dengan gemas Ujang memutar-mutar jarinya mengobok-obok vagina gadis itu. Tanpa bisa tertahankan Hani menggelinjang, ia memohon agar mereka tidak meneruskan perbuatannya sambil diiringi desahan-desahan yang justru membuat mereka semakin nafsu.

Sementara Yanto dan Dodi juga tidak tinggal diam, mereka ikut menggerayangi tubuh mulus Hani yang sudah terbaring tak berdaya. Dodi mencaplok payudara kiri gadis itu dan mengemut-emutnya, dihisap dan digigitinya Puting susu itu hingga pemiliknya semakin menggelinjang dan mendesah tak karuan.

Hani menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Yanto hendak menciumnya, tapi reaksinya malah membuat pria itu tertawa-tawa lalu menjenggut rambut panjangnya, lidahnya langsung menyapu pipinya yang halus lalu menempel pada bibir tipis gadis itu. ‘eeemmhhh….eemmm!’ Hani mengatupkan mulutnya menolak diciumi Yanto, namun rangsangan pada sekujur tubuhnya membuatnya tak tahan untuk tidak mendesah, Yanto sendiri saat itu juga aktif menggerayangi lekuk-lekuk tubuh gadis itu.

Mulut Hani yang tertutup pun kian mengendur hingga akhirnya Yanto berhasil memasukkan lidahnya ke mulut gadis itu dan mencumbuinya dengan liar. Lidah Yanto mengais-ngais mulut Hani dan menyapu rongga mulutnya, ludah mereka saling bertukar dan tanpa sadar Hani pun mulai ikut memainkan lidahnya beradu dengan lidah pria itu karena libidonya semakin naik tanpa dapat ia kendalikan.

‘Eeenngghhh!’ lenguh gadis itu di tengah percumbuannya karena merasakan ada benda hangat basah menyentuh bibir vaginanya. Ia menggerakkan bola matanya melirik ke bawah sana dimana Ujang tengah membenamkan wajahnya agar dapat melumat vaginanya.

Sensasi geli segera timbul dari bawah sana menjalar ke syaraf-syaraf kenikmatan di tubuhnya dan membuat birahinya semakin naik tanpa dapat ia kendalikan. Lidah Ujang menyapu telak bibir vaginanya lalu menyusup masuk menggelitik dinding bagian dalamnya.

“Uuuummhh…gurih, bener-bener hoki kita hari ini bisa nikmatin yang sedap gini hahaha!” celoteh Ujang di tengah lumatannya terhadap kewanitaan Hani.

Dengan dua jari ia membuka bibir vagina gadis itu semakin lebar sehingga menampakkan warna merah merekah. Sementara Dodi terus menjilati kedua payudaranya secara bergantian, sebentar saja kedua gunung kembar itu sudah basah oleh ludahnya, bekas gigitan memerah juga tampak pada beberapa bagian.

Setelah hampir lima menit bercumbu, Yanto melepaskan mulutnya dari Hani. Gadis itu bernafas terengah-engah sambil terisak dan mendesah. Belum terlalu lama ia mengambil udara segar Yanto sudah menarik rambutnya sehingga kepalanya kini terjuntai ke bawah di tepi meja dan pandangannya terbalik.

“Aaah…jangg….eeemmphhh…mm mm!” kata-katanya terbata karena Yanto menjejalkan penisnya ke mulut gadis itu.

Pria itu memaju-mundurkan penisnya pada mulut Hani seperti menyetubuhinya, kedua kantung pelirnya menampar-nampar hidung gadis itu, aroma tak sedap segera menyergap hidungnya. Namun Hani tidak punya pilihan lain selain beradaptasi mengisap penis di mulutnya. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang di atas meja kayu itu tanpa dapat ditahannya.

Tangan-tangan kasar dan lidah-lidah para pria bejat itu terus merangsang tubuhnya. Di bawah sana, lidah Ujang menjelajah semakin dalam ke dalam vagina Hani dan menemukan klitorisnya. Daging kecil yang sensitif itu digigitnya pelan dan dihisap-hisap, kontan Hani pun semakin menggelinjang dan mendesah tak karuan dibuatnya.

“Eemmhhh….eemmmm!” dari mulutnya yang dijejali penis Yanto terdengar desahan tertahan.

Sebentar saja Hani merasakan vaginanya makin berdenyut-denyut hendak mengeluarkan cairan klimaksnya. Akhirnya…ssrrrr…cairan bening dan hangat itu meleleh dengan derasnya dibarengi dengan mengejangnya tubuh gadis itu. Dengan rakus, Ujang menyeruput cairan itu seperti orang kehausan.

“Ssshhrrppp…ssllluurrpp…i ni baru sip, hhmmm udah ga sabar gua jejelin kontol gua kesini!” kata Ujang setelah puas menyeruput cairan kewanitaan Hani.

Setelah itu ia buru-buru membuka celana dan mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras lalu mengarahkan kepalanya ke belahan bibir vagina gadis itu yang sudah becek siap melakukan penetrasi. Saat itu Hani yang masih mengulum penis Yanto membelakkan mata merasakan sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke vaginanya.

Ujang melenguh keenakan merasakan himpitan dinding vagina Hani yang begitu sempit dan bergerinjal-gerinjal. Tak lama kemudian ia mulai mengocok penisnya keluar masuk, mula-mula pelan hingga frekuensi genjotannya main naik dan menimbulkan bunyi kecipak dari gesekan alat kelamin mereka dan cairan dari vagina gadis itu.

Tubuh Hani tergoncang-goncang, demikian pula sepasang payudaranya sehingga nampak makin menggemaskan, sepasang gunung kembar itu tidak pernah lepas dari tangan dan mulut mereka.

“Hhuuuhh…seret banget…uuhh…ini baru top!” sahut Ujang sambil menyetubuhi Hani semakin liar.

“Sepongannya juga sip Bos…edan kaya diisep-isep nih!” timpal Yanto yang penisnya sedang dioral oleh gadis itu.

“Gantian dong Di, gua juga pengen nyicipin, kayanya enak tuh ya!”

Yanto mempersilakan Dodi mengambil posisinya karena ia sendiri tidak ingin buru-buru keluar sebelum menikmati hidangan utamanya yaitu mencoblos vagina gadis itu. Pria berambut cepak itu segera meraih kepala Hani, gadis itu sempat mengambil udara segar sebentar dan sedikit terbatuk-batuk sebelum akhirnya mulutnya kembali dijejali penis, kali ini oleh Dodi, pria itu memegangi kepalanya sehingga kini kepala gadis itu tidak lagi terjuntai terbalik yang membuatnya tidak nyaman.

“Sudah…saya mo…hhhmmmhh!” Dodi memasukkan penisnya dengan paksa ke mulut gadis itu dan memotong kata-katanya.

Dodi mendesah nikmat merasakan mulut gadis itu memanjakan penisnya dengan ludahnya yang hangat dan lidahnya. Hani nampak kewalahan karena penis Dodi diameternya lebih lebar daripada milik Yanto. Dengan susah payah Hani mencoba menggerakkan lidahnya menyapu kepala penis itu.

“Uuuhh…mantap Hani, yah…jilatin terus…emuthh!” desah pria itu sambil meremasi rambut Hani.

Yanto menarik kursi ke dekat meja itu lalu duduk di atasnya, ia mengamat-amati tubuh mulus Hani yang sudah mulai berkeringat dan mengelusinya dengan kagum. Lidahnya terjulur keluar menjilati wilayah Puting gadis itu sementara tangannya yang satu meremasi payudaranya yang sebelah.

Di sisi lain, Ujang semakin cepat menggoyangkan pinggulnya menyodok-nyodok vagina Hani dengan penisnya. Mulut pria itu menceracau tak karuan hingga akhirnya melenguh panjang, ia menekankan penisnya dalam-dalam ketika mencapai klimaks.

Akhirnya setelah dua puluh menitan menggarap Hani, Ujang tidak bisa lagi menahan keluarnya spermanya yang mengisi vagina gadis itu. Pada saat hampir bersamaan, Hani pun kembali berorgasme, nafasnya mendengus-dengus, erangan tertahan terdengar dari mulutnya yang tengah dijejali penis, tubuh telanjangnya hanya bisa menggelinjang-gelinjang menyebabkan dadanya makin membusung dan membuat Yanto yang sedang menyusu semakin bernafsu dibuatnya.

Terdengar suara ‘plok’ saat Ujang menarik lepas penisnya dari vagina Hani, liang vagina gadis itu ternganga selama beberapa saat sebelum menutup kembali, cairan orgasmenya meleleh keluar dari liang itu bercampur dengan cairan kental berwarna putih susu membasahi selangkangan dan meja di bawahnya.

“Ayo siapa mau coba nih!” sahut Ujang seusai melampiaskan nafsunya.

“Gua Boss…gua dah konak nih daritadi!” Yanto buru-buru mengambil posisi di antara kedua paha Hani, “eh, Syad…turunin dulu dong, gua mau gaya doggy nih, biar lebih enak!”

Agen Judi Indonesia

Dodi yang sedang asyik menikmati penisnya dikulum membantunya menurunkan tubuh gadis itu ke lantai. Hani berusaha beringsut untuk menjauh dari mereka, namun ia harus pasrah mendapati kenyataan bahwa tubuhnya sudah terlalu lemas untuk itu, belum lagi ditambah rasa nyeri pada vaginanya yang baru saja dibombardir penis Ujang.

Yanto mengatur tubuh Hani menungging di lantai kayu itu dengan bertumpu pada kedua lutut dan siku tangannya. Tak lama kemudian kepala penisnya sudah membelah vagina gadis itu.
“Ooohh…sakit!” Hani mendesah lirih, “Aahhkk!!” Yanto menyentakkan pinggulnya kuat-kuat setelah penisnya menancap setengahnya hingga benda itu melesak masuk dan gadis itu menjerit.

Tanpa memberi kesempatan pada gadis itu untuk beradaptasi, Yanto menyodok-nyodokkan penisnya dengan buas. Nampak sepasang payudara Hani terayun-ayun seirama goncangan tubuhnya menciptakan suasana yang semakin erotis.

Tangan kiri Yanto meraih payudara itu dan meremasinya sambil terus menyodoknya dari belakang. Erangan Hani semakin keras, matanya merem-melek, secara refleks ia juga turut menggerakkan pinggulnya mencari kenikmatan. Ujang dan Dodi tertawa-tawa melihat reaksi gadis itu.
“Hahaha…tuh kan jadi ketagihan, tadi nangis-nangis minta dilepasin sekarang malah pengen dientot!” ejek Ujang.

“Biasa Bos…belum tau enaknya dia hahaha!” timpal Dodi.

Sodokan Yanto semakin cepat, lenguhannya bercampur dengan erangan Hani memenuhi ruangan itu, ditambah lagi dengan bunyi tumbukan alat kelamin mereka, ‘plok…plok…plok!’. Sementara itu, Robby yang terikat tak berdaya hanya bisa menyaksikan gadis itu diperkosa tanpa bisa berbuat apa-apa.

Sebenarnya ia merasa sangat kasihan dan ingin menolongnya, namun apa yang dapat diperbuatnya? bahkan nasibnya sendiri sedang di ujung tanduk. Secara naluriah, ia sendiri terangsang melihat gadis secantik Hani diperkosa massal oleh ketiga bajingan itu, tanpa dapat ditahan penisnya pun mengeras karenanya.

“Uuuhh…uhhh…enak kan Han…seretnya!” ceracau Yanto yang terus menggenjoti gadis itu dan meremas-remas payudaranya.

“Ditanya jawab yah!! Enak gak Han!!” Yanto menjambak rambut panjang gadis itu hingga kepalanya menengadah.

“Aduuhh….ahhh…iyah enak…sakit, jangan ditarik gitu….aahh!” rintih Hani yang wajahnya semakin berlinang air mata.

Ketiga pria bejat itu tertawa-tawa, ejekan-ejekan yang melecehkannya terus keluar dari mulut mereka.

“Ayo Di…bikin non Hani kelepek-kelepek hahaha!” kata Dodi.

Merasa tertantang Yanto semakin mempercepat sodokannya pada vagina gadis itu. Hingga akhirnya tak lama kemudian pria itu semakin melenguh-lenguh, frekuensi genjotannya semakin cepat dan remasannya pada payudara gadis itu semakin keras. Cerita Sex ABG

Desahan Hani bercampur dengan rintihan kesakitan. Dengan satu lenguhan panjang, preman berkuncir itu menancapkan penisnya dalam-dalam dan melepas orgasme. Untuk kedua kalinya vagina Hani terisi dengan sperma, ia dapat merasakan kedutan-kedutan penis pria itu dan cairan putihnya yang hangat memenuhi rahimnya. Ketika Yanto mencabut penisnya nampak cairan spermanya bercampur cairan kewanitaan gadis itu membentuk untaian sepanjang lima centian.

“Nih…bersihin!” perintah Yanto menarik rambut Hani dan mendekatkan penisnya yang belepotan ke bibir gadis itu.

Hani pun melakukan yang diperintahkannya, penis itu ia jilati dan kulum, cairan-cairan yang berlumuran disana dijilatinya hingga bersih sampai sisa-sisa sperma pun dihisapinya.

“Hhhssshhh…ngisepnya jago juga lu Han, dah pengalaman ya!?” komentar Yanto

“Lu pecun yang suka beroperasi di puncak ya Han, hahaha!” ejek Dodi membuat kupingnya memerah.
“Hus…yang bener aja lu Syad pecun disini mana ada yang bening gini, biasanya item-item kaya babu gitu hehehe” sahut Ujang.

Hani merasakan tubuhnya luluh lantak sehingga ia harus bersandar pada kaki meja menopang tubuhnya, namun ia masih merasakan kurang karena bersama Yanto tadi ia hampir mencapai klimaks namun pria itu sudah lebih dulu klimaks dan menarik lepas penisnya.

Sekarang giliran Dodi mencicipi tubuhnya, pria cepak bertubuh besar itu mendekapnya, lalu duduk di kursi dan menaikkan gadis itu ke pangkuannya dalam posisi memunggungi.

“Angkat badan lu dikit manis!” perintah Dodi di dekat telinga Hani, “buka memek lu terus masukin nih ****** gua”

Orgasme yang tidak kesampaian membuat Hani menikmati persetubuhan itu. Ia mengangkat tubuhnya sedikit, tangan kanannya membuka lebar-lebar bibir vaginanya dan yang kiri menggenggam penis Dodi yang berurat, mengarahkannya memasuki liang senggamanya.

Ia mulai menurunkan tubuhnya pelan-pelan setelah dirasanya kepala penis itu menyentuh bagian tengah vaginanya. Desahannya mengiringi proses penetrasi penis itu. Berkat cairan kewanitaan yang telah membanjiri vaginanya, penis besar Dodi lebih mudah memasuki vaginanya, namun tetap saja rasa ngilu mengiringinya karena vaginanya sudah sejak tadi digempur.

Dodi lalu memutar wajah Hani dan melumat bibirnya. Hani membalas permainan lidah pria itu sambil beradaptasi dengan penis yang menyesaki vaginanya itu. Tanpa disuruh, Hani mulai menggerakkan tubuhnya naik turun tanpa melepas percumbuannya dengan preman itu.

Kedua tangan kasar Dodi terus bercokol pada payudara gadis itu, meremasi, memilin atau mencubiti Putingnya. Goyangan tubuh Hani kian cepat, mulutnya juga semakin menceracau menahan nikmat. Ujang yang mulai bernafsu lagi mendekati mereka, ia meraih kepala Hani dan menjejali mulut gadis itu dengan penisnya.

Yanto juga tidak membiarkan tangan gadis itu yang nganggur, ia menggenggamkan penisnya pada tangan gadis itu dan memintanya untuk mengocok. Sambil menikmati vagina Hani, Dodi mencium dan menjilati leher jenjangnya, sementara tangannya bergerilya menggerayangi lekuk-lekuk tubuh yang mulus itu. Tanpa dapat ditahan Robby yang terikat di kursi juga terangsang melihat adegan itu, tak terasa penisnya juga mulai basah karenanya.

“Eeemm…mmmm…uuhhm!” suara desahan Hani yang tertahan oleh penis Ujang.

Ia merasakan penis itu semakin bertambah keras di mulutnya. Ujang tidak lagi memegangi kepalanya, Hani menggenggam sendiri penis itu sambil memaju-mundurkan kepalanya dan mengulum-ngulum benda itu.

Sementara tangannya yang satu sedang mengocok penis Yanto dengan kecepatan sedang disertai pijatan membuat pria itu melenguh menahan nikmat. Tak lama kemudian mengeluarkan penis Ujang dari mulutnya dan ganti mengoral penis Yanto.

“Bagus…sekarang udah nurut ya! Udah ketagihan kontol rupanya” kata Yanto.

Tanpa mempedulikan komentar-komentar yang merendahkannya itu, Hani terus mengulum dan mengocoki penis Ujang dan Yanto sambil menaik-turunkan tubuhnya. Lidahnya menyapu kepala penis Yanto dan menggelitik lubang kencingnya membuat pria itu semakin tak tahan hingga tak lama kemudian…croot…ccroot…diiringi lenguhan panjang Yanto mengeluarkan spermanya di mulut gadis itu. Cerita Sex Tante

“Uuhh…enakhh!” lenguhnya sambil memegangi kepala gadis itu, “isep Han…isep kuat…minum peju gua!

Hani gelagapan namun mau tidak mau ia harus menghabiskan cairan putih yang tertumpah di mulutnya itu, baunya sungguh tajam dan kental, sebagian cairan itu meleleh di sudut bibirnya karena yang keluar cukup banyak.

Ia terpaksa menelan cairan putih kental itu agar tidak terlalu terasa di mulutnya, selain itu juga dihisapinya penis Yanto yang semakin menyusut itu dan dihisapi sisa-sisa spermanya hingga pria itu akhirnya mencabut penisnya dengan puas.

Baru sebentar penis Yanto lepas dari mulutnya, Ujang yang penisnya sedang sedang dikocok olehnya juga mencapai klimaks. Penisnya berkedut-kedut dan menyemprotkan isinya ke wajah cantik gadis itu. Pria itu tersenyum puas setelah berejakulasi di wajah gadis itu. Sperma di wajah Hani turun hingga mengenai payudaranya yang bulat padat.

“Mulutnya dibuka!” perintahnya, ia lalu mengarahkan penisnya ke mulut Hani sehingga cipratan spermanya masuk ke mulut gadis itu.

Kembali mulut Hani dijejali penis, kali ini oleh Ujang yang memintanya mengisap dan membersihkan miliknya itu dari sisa-sisa sperma. Mereka tertawa-tawa melihat keadaan Hani dengan wajah telah belepotan sperma.

“Hehehe…gitu lebih cantik Non, lumayan tuh buat krim wajah, jadi tambah cantik!” ejek Yanto.

Terlihat sekali Hani menikmati perkosaan atas dirinya itu, tubuhnya sudah dikuasai dorongan seksual tanpa menghiraukan cemoohan ketiga pemerkosanya itu. Ia meliuk-liukkan tubuhnya sehingga penis besar Dodi semakin mengaduk-aduk vaginanya.

“Uuuhh…ngehek…mau keluar nih…eerrrhh!!” geram Iryad sambil menurunkan tubuh Hani dan bangkit dari kursi tanpa melepas penisnya yang tertancap.

Hani segera menumpukan kedua tangannya pada tepi meja di dekatnya, persetubuhan itu berlanjut dengan posisi si pria menyodoki dari belakang sambil berdiri dan si wanita berdiri nungging dengan bertumpu pada bibir meja di depannya.

Dengan posisi demikian Hani merasakan penis Dodi menyodok semakin dalam dan semakin kencang. Desahan Hani semakin menjadi-jadi, mulut gadis itu membuka bulat dan mengeluarkan desahan yang susul menyusul dengan lenguhan pria itu.

“Aaahh…aakkhh…ooooohh!” Hani mengerang sekuat tenaga seiring dengan ledakan orgasme yang seakan meledakkan tubuhnya dari dalam.

Tubuhnya mengejang dengan dahsyat, vaginanya semakin becek dan semakin kuat mencengkram penis Iryad yang juga sudah mau meledak. Pria berambut cepak itu pun akhirnya tak tahan lagi, dengan satu dorongan keras dilesakkannya penisnya dalam-dalam pada vagina Hani.

“Uugghh!” Dodi mendesah nikmat sambil menumpahkan spermanya mengisi vagina gadis itu.

Pria itu meresapi orgasme itu dengan memeluk tubuh mulus itu merasakan kehangatan tubuh gadis itu menyatu dengan tubuhnya. Tangannya meremasi payudara gadis itu dan mulutnya menciumi tenguk dan pundaknya.

“Wah…gua konak lagi nih, sini Non sama abang lagi!” Yanto yang penisnya mulai mengeras lagi meraih lengan Hani begitu Dodi melepaskan dekapannya.

Tubuh Hani saat itu demikian lemah lunglai setelah mengalami orgasme panjang bersama Dodi, namun Yanto sepertinya tidak terlalu mempedulikannya. Pria itu duduk selonjoran di lantai dan mendudukkan gadis itu di selangkangannya.

“Aaahhh!!” desah Hani merasakan vaginanya kembali dimasuki penis.

“Yah Non…turun terus, masuk nih…uuhhh gitu!” Yanto merasakan nikmat penisnya terjepit himpitan vagina gadis itu.

Pria itu menyentakkan pinggulnya ke atas setelah lebih dari setengah batang penisnya melesak ke vagina Hani, akibatnya tubuh gadis itu pun ikut tersentak dan jeritan kecil keluar dari mulutnya tanpa tertahankan.

“Goyang Non!” perintah pria berkuncir itu.

Hani pun mulai menaik-turunkan tubuhnya. Yanto menikmati goyangan gadis itu sambil mengenyoti dadanya yang kanan. Tangannya menjelajahi kemulusan tubuh gadis itu. Lima menit kemudian Ujang mendekati mereka dan mendorong punggung gadis itu ke depan sehingga pinggulnya lebih menungging.

“Lubangnya masih ada kan, gua sekarang mau nyoba lubang yang ini nih!” kata Ujang sambil mencucukkan jarinya ke dubur Hani.

“Aaahh…jangan, jangan disitu!” Hani mengiba ketika pria itu mulai mengarahkan penisnya ke lubang belakangnya.

Yanto memegangi lengan Hani yang meronta-ronta sementara Ujang terus menekan penisnya memasuki anus gadis itu. Hani merintih menahan sakit merasakan lubang belakangnya dimasuki paksa oleh penis pria itu. Jari-jari pria itu sudah lebih dulu memasuki lubang itu untuk membuka jalan bagi penisnya.

“Aaaaww….sakkiitt…aarrhh! ” mata Hani membelakak dan mulutnya menjerit merasakan nyerinya anal seks secara paksa itu.

“Uuuggh…sempitnya!” lenguh Ujang mengomentari lubang dubur Hani yang jauh lebih sempit dari vaginanya.

Penis kedua pria itu menyodok-nyodok kedua lubang Hani seperti mesin saja. Robby yang terikat di kursi sempat bertatap mata dengan gadis malang yang sedang diperkosa itu. Ia melihat beban penderitaan yang sangat berat pada mata gadis itu, dari tatapan matanya seolah ia ingin meminta tolong pada dirinya.

Simpati, kasihan, marah, dan terangsang bercampur-baur dalam hatinya. Ia benar-benar muak dengan kebiadaban para begundal itu, mereka seolah tidak cukup menyiksa dirinya, tapi juga menzalimi orang lain yang tidak tahu apa-apa mengenai masalah ini.

Giginya gemertak dan tangannya mengepal keras, seandainya saja ia mampu melepaskan ikatan, ingin rasanya menghajar ketiga pria amoral itu dan membebaskan gadis itu. Tidak tahan terus menyasikan, ia hanya dapat memalingkan wajah atau memejamkan mata tidak tahan melihat kebiadaban itu.

Kini Dodi juga maju, ia mengangkat wajah gadis itu dan menyuruhnya mengoral penisnya yang mulai bangkit lagi. Pria itu dengan paksa menjejali mulutnya dengan penis sehingga membuat Hani tersiksa karena gelagapan.

Sambil menahan nyeri pada duburnya yang sedang dibombardir Ujang, vagina yang sedang dipompa, ia mulai menjilati penis Dodi yang dimasukkan ke mulut Hani. Yanto yang sedang memompa vagina Hani memegang kedua lengan Hani dan merapatkannya.

Ujang yang sedang menggenjot anus Hani dengan kasarnya dia memilin dan meremas2 kedua payudara Hani yang bulat dan padat tersebut. Sementara Dodi yang asik dioral oleh Hani menelusupkan 2 jari kedua tangannya ke lipatan ketiak Hani dari belakang dan mengocok2 didalamnya

“Eemmm…eengghhh..mmmhh!” desah gadis itu tertahan.

Dengan diserangnya seluruh bagian sensitif tubuhnya, Hani merasakan darahnya semaking berdesir, gelombang klimaks akan segera menerpanya kembali. Namun sebelumnya, Ujang sudah terlebih dulu orgasme karena sempitnya lubang belakang gadis itu. Ia melenguh panjang, menarik penisnya dan menyemprotkan spermanya membasahi punggung dan bongkahan pantat gadis itu.

Baru setelahnya, sekitar tiga menit kemudian Hani mencapai puncak kenikmatannya, tubuh mulusnya menggelinjang hebat di atas tubuh Yanto, mulutnya mengeluarkan erangan panjang, tangannya mengocoki penis Dodi semakin cepat.

Kedua bawahan Ujang itu menurunkan tubuh Hani dan menelentangkannya di lantai. Yanto terus menggenjotnya sampai lima menit ke depan hingga akhirnya ia mencabut penisnya dan menumpahkan spermanya membasahi perut gadis itu. Tubuh Hani semakin blepotan cairan putih itu setelah Dodi menuntaskan hajatnya dengan menyemburkan spermanya di wajah gadis itu.

Ketiga pria tak bermoral itu pun meninggalkan tubuh telanjang gadis itu terbaring lemas bersimbah keringat dan sperma. Mereka tertawa puas berhasil menikmati kehangatan tubuh Hani. Mereka mulai memakai kembali pakaiannya.

Susah dapat bonus dari web lain ? Coba gabung aja di JBMBET! Agen Judi Indonesia Proses depo dan withdraw cepat :) Selalu bisa bekerja sama dengan member :) Bonus gampang didapatkan :)
Tunggu apa lagi ? Gabung di JBMBET

Cerita Sex | Cerita Bokep | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex Pemerkosaan | Cerita Sex ABG | Cerita Sex Tante | Cerita Bikin Sange | Cerita Tante Heni | Cerita Dewasa | Cerita Panas | Crita Nentot SPG | Cerita Sex Pramugari
JBM