Cerita Sex,Cerita Bokep,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pemerkosaan,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Bikin Sange.Cerita Tante Girang,Cerita Dewasa,Cerita Panas,Crita Nentot SPG,Cerita Sex Pramugari
Namaku Reno, mahasiswa semester III, tinggiku 168 cm dan berat 58 kg, Kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung Lawu bersama teman-temanku.
Cerita Sex Terpanas - Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung Lawu. Aku sedang beristirahat sendirian disini. Tadi malam aku bersama teman-temanku 5 orang sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.
Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara teman2ku sudah pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk istirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung Lawu ini.
Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat muncul dua cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.
”Hallo Mas?” sapa salah satu cewek itu padaku.
Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang sinetron Bunga lestari.
”Hallo juga” jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.
”Loh, dari mana, kok berduaan aja?” tanyaku coba berbasa-basi.
”Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar..” jawab cewek itu sambil duduk di depanku.
”Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang” lanjutnya kemudian.
Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.
”Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin?” jawabku.
Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.
Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.
Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.
”Mas namanya siapa?” tanya cewek yang berambut pendek.
”Namaku Intan sedangkan ini temenku Feby” katanya lagi.
”Namaku Reno” jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
”Ada makanan gak, Mas? Intan laper banget nih..” tanya Intan tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.
”Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih” jawabku.
Ternyata Intan tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.
”Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?” godaku pada Intan.
”Tolong deh Mas.. Intan capek banget” “Nanti gantian deh..” rayu Intan padaku.
”Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?” godaku lebih lanjut.
”Maunya tuh.. tapi bereslah..” jawab Intan cuek sambil memejamkan matanya.
Kuperhatikan Feby, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Intan kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Feby tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Intan berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Intan dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Feby sakit, sehingga Intan menemani Feby mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.
Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Intan protes kok tidak ada piringnya.
”Emangnya ini di warung” kataku cuek sambil tersenyum kearah Feby.
Feby hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.
”kamu sakit ya Feb?” tanyaku.
”Nggak Mas hanya kedinginan” katanya pelan.
”Butuh kehangatan tuh Mas Reno” potong Intan sekenanya.
Wah kaget juga aku mendengar celoteh Intan yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.
”Masih pada kuat jalan nggak?” tanyaku pada 2 orang cewek ini.
”Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan” lanjutku.
Baru saja selesai aku bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.
”Duer!!”
Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan.
”Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang” kataku sambil mematikan kompor parafinku.
”Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!” perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.
Aku, Intan, dan Feby segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ini. Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.
Intan dan Feby duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.
”Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali” saranku pada Feby yang mulai menggigil kedinginan.
”Tapi copot sepatunya” lanjutku kemudian.
Feby diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Intan dan Feby tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,
”Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya” ucapku pada Intan dan Feby.
”Mas Reno gak kedinginan..” tanya Feby tiba-tiba.
”Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini?” jawabku apa adanya.
”Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil” kataku mencoba bercanda.
”Ya Mas Reno sini to, kita berpelukan bertiga” kata Intan pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.
”Waduh, gak salah denger nih?” pikirku.
Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.
”Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat” kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.
Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Feby atau Intan karena keadaannya yang remang-remang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Intan di sebelah kiri dan Feby disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Intan dan Feby bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.
”Badan Mas Reno hangat ya Feb?” kata Intan pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Intan lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.
”Iya tadi Feb takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Reno, Feb jadi nggak takut lagi” jawab Feby pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.
Samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Intan entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.
”Ehm..” aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.
Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
Iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Intan mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Intan.
”Ehm..” Intan ternyata hanya berdehem pelan.
Akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Intan hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening Intan, sementara tanganku terus meremas-remas susunya dengan tempo agak cepat.
”Aah.. Mas Reno” suara Intan terdengar lirih.
”Ada apa Tan?” tanyaku pelan melihat Feby sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan.
”Kamu masih kedinginan ya?” kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.
Sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Intan hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.
”Ah.. Mas Reno..” katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Feby yang kebingungan.
Saat kupermainkan puting susunya, tiba-tiba Intan bangkit.
”Mas Reno, Intan ma.. masih kedinginan” kata Intan dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.
Kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Intan mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Intan sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek kontolku naik dan turun. Tanpa sadar akupun membalas ciuman Intan, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Intan mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.
”Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss” ucapku dalam hati.
Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak Feby.
”Mas sakit Mas pundak Feby” kata Feby tiba-tiba yang menghentikan aktivitasku dengan Intan.
”Oh maaf Feb” jawabku dengan terkejut.
Kuperhatikan ekspresi Feby yang bengong melihatku dengan Intan. Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Intan tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Feby, seakan menganggap Feby tidak ada. Intan terus menciumi telinga dan leherku.
”Mas Reno, Intan jadi pengen.. Intan jadi BT, birahi tinggi” kata Intan lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap kontolku yang masih tertutup rapat oleh celana jeansku.
”Waduh.. bagaimana ini” pikirku dalam hati.
Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Feby yang kaku melihat polah tingkah Intan yang terus mencumbuku. Feby pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata lagi, Intan yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.
Aku yakin walau suasananya remang-remang, Feby pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Intan yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremas-remas susu Intan, sekarang jelas terpampang di depan mata Feby. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Intan dan kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi Intan diatas tubuhku. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.
”Ah.. ah.. Mas Reno..” gumam Intan lirih.
”Enak Mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah..” lanjutnya.
Aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Intan yang sejajar dengan kontolku. Kuremas pantat Intan sambil menggesek-gesekan kontolku pada daerah kemaluan Intan yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Intan, bahkan kugigit kecil puting mancung itu yang membuat Intan melenguh panjang.
”Aaahh.. sshh..”
Aksiku ternyata membuat Intan blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya Intan mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan tadi.
Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Intan segera menghisap putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat kontolku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Feby di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.
Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku mengelus paha Feby sambil berusaha meraih tangan Feby. Feby hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Intan yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.
”Aah.. Tan, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li..” ujarku dengan nafas tersengal.
Tanpa sadar aku sudah meremas tangan Feby dan Febypun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Intan seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku saat itu, keperhatikan tingkah Intan sambil tanganku tetap memegang tangan Feby.
Saat resleting celanaku sudah terbuka, Intan meraih kontolku yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga. Tanpa banyak kata, Intan hanya memperhatikan sebentar kontolku kemudian mencium dan menjilat permukaan kontolku.
”Aah..” aku hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Intan mulai mengulum kontolku dan mengisapnya.
”Aargh .. Tan, enak sekali Tan” erangku.
”Gila nih anak, baru SMA sudah selihai ini, aku tak habis pikir” gumamku dalam hati.
Saat Intan masih asik berkaraoke dengan kontolku, kulihat sekilas ke Feby, ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Feby sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku.
”Feb, aku ingin cium bibir kamu” bisikku perlahan di telinga Feby.
Saat itu Feby diam saja sambil tetap menatapku. Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Feby yang mungil itu.
”Eemh ..” suara yang terdengar dari mulut Feby.
Tak ada perlawanan yang berarti dari Feby, Feby diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat kontolku terus dipermainkan oleh Intan sementara konsentrasiku terarah pada Feby yang pasrah. Segera saja aku menciumi dada Feby yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan Feby.
”Aah.. ah..” Feby mulai bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.
”Ya diajari tuh Feby, Mas Reno.. sudah gede tapi belum bisa bercinta” kata Intan tiba-tiba.
Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Intan tenyata dia sudah tidak menghisap kontolku lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.
”Intan masukkin ya Mas” kata Intan pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan kontolku ke lubang memeknya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut keriting.
Pelan tapi pasti Intan membimbing kontolku untuk masuk penuh ke dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari kontolku ke seluruh tubuhku. Tempik Intan yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan kontolku masuk ke dalamnya.
”Ah.. burung Mas Reno gede.. terasa penuh di tempik Intan” katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.
”Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Reno” kata Intan parau sambil mencumbu dadaku lagi.
Aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan Intan dan mendekatkan teteknya ke mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Intan.
”Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas” erang Intan memelas.
Kujilati terus dan mengisap puting Intan bergantian kiri dan kanan, sementara Intan menerima perlakuanku seperti kesetanan.
”Ayo Mas.. Reno.. terus.. ayo .. teruuss.. Intan mau dapet ni..” katanya bernafsu.
Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Intan mencium dan mengulum bibirku.
”Eeemhp.. aaah..”
Dan kemudian Intan terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Intan tanpa perlawanan lagi.
”Aaa.. berhenti dulu Mas Reno, istirahat sebentar, Intan sudah dapat Mas Reno” kata Intan lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan kontolku masih di dalam liang senggamanyanya.
Kurasakan detak jantung Intan yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai leherku.
”Makasih ya Mas Reno, enak sekali rasanya” kata Intan pelan.
Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Feby yang saat itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik Feby mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan teteknya kemulutku.
”Aah .. Mas Reno..” kata Feby pelan saat tetek kanannya kuhisap.
Saat itu Intan bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya dari kontolku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremas-remas tetek Feby sambil mengulum bibir Feby yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini Feby mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.
Kubimbing tangan Feby untuk memegang kontolku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari tempik Intan. Semula seakan ragu, tapi kini Feby mengenggam erat kontolku dan seperti sudah alami Feby mengocok kontolku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya.
”Aah .. Mas Reno.. geli ..” hanya itu komentar dari bibir Feby yang seksi itu.
Perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada Feby, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil susu Feby yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.
”Aargh.. aah ..” Feby mulai menggelinjang.
Feby diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeansnya. Kuperhatikan Feby masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat kontolku, dan tangan kirinya menekan-nekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam Feby waktu kancing celana jeans Feby sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas tempiknya. Kuelus-elus sebentar permukaan liang memeknya, lalu jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan tempiknya yang sudah basah oleh lendir memeknya.
”Ah.. Mas.. Reno .. aah” suara Feby semakin terdengar parau.
Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Feby dan menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Feby dan segera menciumi permukaan tempik Feby yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang jarang-jarang.
”Ah.. jangan Mas Reno .. ah..” kata Feby mendesis.
Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Feby sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan Feby akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.
”Aah .. argh ..” desis Feby pelan.
Posisiku saat itu dengan Feby seperti posisi 69, walau Feby tidak mengoral kontolku aku tidak peduli tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.
”Aah.. Mas .. truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah ..” teriak Feby tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan kontolku terasa sakit digenggam erat oleh Feby.
”Aaah.. Mas ..” teriakan terakhir Feby bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya kedalam mulutku.
Rupanya Feby sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.
”Aah.. enak sekali.. Mas Reno .. sudah ya Mas Reno..” kata Feby pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.
Akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kaki-kaki mereka.
Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan kontolku sudah ada yang memegang lagi.
”Mas main sama Intan lagi ya? Intan jadi nafsu ngeliat Mas Reno main sama Feby” kata Intan tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang kontolku.
Aku tak sempat menjawab karena Intan sudah mengulum kontolku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan Feby. Posisiku dengan Intan kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Intan dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalamnya.
”Eeemph .. emmph ..” Intan tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan kontolku.
Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan Intan yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya kontolku bisa muntah-muntah di dalam mulut Intan. Aku bimbing agar Intan berbaring di samping Feby sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya dengan menggesek-gesekan kontolku ke permukaan tempiknya yang dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Intan seperti mengerti, kemudian membimbing kontolku untuk masuk ke dalam lubang memeknya. Akupun bangkit sambil mengarahkan kontolku siap untuk menghujam lubang senggama Intan. Pelan tapi pasti kumasukan kontolku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.
”Aaah .. Mas Reno ..” desis Intan sambil menggoyang pantatnya.
Kurasakan seret sekali tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari kontolku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.
”Mas yang keras dong goyangnya.. terasa sekali mentok” kata Intan sambil melingkarkan tangannya ke leherku.
Akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ini. Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.
”Aah.. ah.. terus Mas .. terusss.. ah.. ah ..” lanjutnya keenakan.
Mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang Intan, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting Intan sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan kontolku telah diimbangi goyangan Intan yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apa-apanya.
”Ma.. Mas .. Intan mau dapet laggii.. bareeng yaa.. ah.. ah..” desis Intan histeris.
Aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Intan yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Intan.
”Aaarg ..” erangnya keras.
Intan mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Intan telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera mencabut kontolku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke perut Intan.
”Crut.. crut..”
Pejuku keluar banyak membasahi perut Intan dan mengenai teteknya.
”Aaah..” akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.
Intan mengusap-usap pejuku di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Feby mendekat dan melihat aksi Intan, kemudian membantu membersihkan pejuku.
”Baunya seperti santan ya?” komentar Feby sambil mencium tisunya yang penuh dengan pejuku.
”Ya udah. Semua dibereskan dulu” kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku ini.
”Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya” lanjutku kemudian.
Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi seperti ini.
Tak kurasa kami bertiga telah bermalam dan sadar pada keesokan harinya, dan berjanji akan melakukannya lagi nanti sesampainya dibawah dan menginap di hotel terdekat.
Susah dapat bonus dari web lain ? Coba gabung aja di JBMBET! Proses depo dan withdraw cepat :) Selalu bisa bekerja sama dengan member :) Bonus gampang didapatkan :)
Tunggu apa lagi ? Gabung di JBMBET
Cerita Sex,Cerita Bokep,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pemerkosaan,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Bikin Sange.Cerita Tante Girang,Cerita Dewasa,Cerita Panas,Crita Nentot SPG,Cerita Sex Pramugari
Namaku Reno, mahasiswa semester III, tinggiku 168 cm dan berat 58 kg, Kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung Lawu bersama teman-temanku.
Cerita Sex Terpanas Kehangatan Dua Memek Gadis di Gunung Yang Dingin
Cerita Sex Terpanas - Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung Lawu. Aku sedang beristirahat sendirian disini. Tadi malam aku bersama teman-temanku 5 orang sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.
Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara teman2ku sudah pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk istirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung Lawu ini.
Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat muncul dua cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.
”Hallo Mas?” sapa salah satu cewek itu padaku.
Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang sinetron Bunga lestari.
”Hallo juga” jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.
”Loh, dari mana, kok berduaan aja?” tanyaku coba berbasa-basi.
”Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar..” jawab cewek itu sambil duduk di depanku.
”Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang” lanjutnya kemudian.
Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.
”Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin?” jawabku.
Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.
Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.
Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.
”Mas namanya siapa?” tanya cewek yang berambut pendek.
”Namaku Intan sedangkan ini temenku Feby” katanya lagi.
”Namaku Reno” jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
”Ada makanan gak, Mas? Intan laper banget nih..” tanya Intan tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.
”Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih” jawabku.
Ternyata Intan tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.
”Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?” godaku pada Intan.
”Tolong deh Mas.. Intan capek banget” “Nanti gantian deh..” rayu Intan padaku.
”Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?” godaku lebih lanjut.
”Maunya tuh.. tapi bereslah..” jawab Intan cuek sambil memejamkan matanya.
Baca Juga : Cerita Sex Terpanas Akibat Keluar Kamar Mandi Dengan Handuk Saja
Kuperhatikan Feby, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Intan kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Feby tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Intan berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Intan dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Feby sakit, sehingga Intan menemani Feby mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.
Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Intan protes kok tidak ada piringnya.
”Emangnya ini di warung” kataku cuek sambil tersenyum kearah Feby.
Feby hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.
”kamu sakit ya Feb?” tanyaku.
”Nggak Mas hanya kedinginan” katanya pelan.
”Butuh kehangatan tuh Mas Reno” potong Intan sekenanya.
Wah kaget juga aku mendengar celoteh Intan yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.
”Masih pada kuat jalan nggak?” tanyaku pada 2 orang cewek ini.
”Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan” lanjutku.
Baru saja selesai aku bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.
”Duer!!”
Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan.
”Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang” kataku sambil mematikan kompor parafinku.
”Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!” perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.
Aku, Intan, dan Feby segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ini. Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.
Intan dan Feby duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.
”Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali” saranku pada Feby yang mulai menggigil kedinginan.
”Tapi copot sepatunya” lanjutku kemudian.
Feby diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Intan dan Feby tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,
”Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya” ucapku pada Intan dan Feby.
”Mas Reno gak kedinginan..” tanya Feby tiba-tiba.
”Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini?” jawabku apa adanya.
”Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil” kataku mencoba bercanda.
”Ya Mas Reno sini to, kita berpelukan bertiga” kata Intan pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.
”Waduh, gak salah denger nih?” pikirku.
Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.
”Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat” kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.
Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Feby atau Intan karena keadaannya yang remang-remang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Intan di sebelah kiri dan Feby disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Intan dan Feby bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.
”Badan Mas Reno hangat ya Feb?” kata Intan pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Intan lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.
”Iya tadi Feb takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Reno, Feb jadi nggak takut lagi” jawab Feby pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.
Samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Intan entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.
”Ehm..” aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.
Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
Iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Intan mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Intan.
”Ehm..” Intan ternyata hanya berdehem pelan.
Akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Intan hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening Intan, sementara tanganku terus meremas-remas susunya dengan tempo agak cepat.
”Aah.. Mas Reno” suara Intan terdengar lirih.
”Ada apa Tan?” tanyaku pelan melihat Feby sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan.
”Kamu masih kedinginan ya?” kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.
Sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Intan hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.
”Ah.. Mas Reno..” katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Feby yang kebingungan.
Saat kupermainkan puting susunya, tiba-tiba Intan bangkit.
”Mas Reno, Intan ma.. masih kedinginan” kata Intan dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.
Kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Intan mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Intan sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek kontolku naik dan turun. Tanpa sadar akupun membalas ciuman Intan, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Intan mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.
”Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss” ucapku dalam hati.
Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak Feby.
”Mas sakit Mas pundak Feby” kata Feby tiba-tiba yang menghentikan aktivitasku dengan Intan.
”Oh maaf Feb” jawabku dengan terkejut.
Kuperhatikan ekspresi Feby yang bengong melihatku dengan Intan. Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Intan tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Feby, seakan menganggap Feby tidak ada. Intan terus menciumi telinga dan leherku.
”Mas Reno, Intan jadi pengen.. Intan jadi BT, birahi tinggi” kata Intan lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap kontolku yang masih tertutup rapat oleh celana jeansku.
”Waduh.. bagaimana ini” pikirku dalam hati.
Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Feby yang kaku melihat polah tingkah Intan yang terus mencumbuku. Feby pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata lagi, Intan yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.
Aku yakin walau suasananya remang-remang, Feby pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Intan yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremas-remas susu Intan, sekarang jelas terpampang di depan mata Feby. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Intan dan kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi Intan diatas tubuhku. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.
”Ah.. ah.. Mas Reno..” gumam Intan lirih.
”Enak Mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah..” lanjutnya.
Aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Intan yang sejajar dengan kontolku. Kuremas pantat Intan sambil menggesek-gesekan kontolku pada daerah kemaluan Intan yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Intan, bahkan kugigit kecil puting mancung itu yang membuat Intan melenguh panjang.
”Aaahh.. sshh..”
Aksiku ternyata membuat Intan blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya Intan mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan tadi.
Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Intan segera menghisap putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat kontolku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Feby di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.
Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku mengelus paha Feby sambil berusaha meraih tangan Feby. Feby hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Intan yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.
”Aah.. Tan, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li..” ujarku dengan nafas tersengal.
Tanpa sadar aku sudah meremas tangan Feby dan Febypun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Intan seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku saat itu, keperhatikan tingkah Intan sambil tanganku tetap memegang tangan Feby.
Saat resleting celanaku sudah terbuka, Intan meraih kontolku yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga. Tanpa banyak kata, Intan hanya memperhatikan sebentar kontolku kemudian mencium dan menjilat permukaan kontolku.
”Aah..” aku hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Intan mulai mengulum kontolku dan mengisapnya.
”Aargh .. Tan, enak sekali Tan” erangku.
”Gila nih anak, baru SMA sudah selihai ini, aku tak habis pikir” gumamku dalam hati.
Saat Intan masih asik berkaraoke dengan kontolku, kulihat sekilas ke Feby, ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Feby sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku.
”Feb, aku ingin cium bibir kamu” bisikku perlahan di telinga Feby.
Saat itu Feby diam saja sambil tetap menatapku. Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Feby yang mungil itu.
”Eemh ..” suara yang terdengar dari mulut Feby.
Tak ada perlawanan yang berarti dari Feby, Feby diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat kontolku terus dipermainkan oleh Intan sementara konsentrasiku terarah pada Feby yang pasrah. Segera saja aku menciumi dada Feby yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan Feby.
”Aah.. ah..” Feby mulai bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.
”Ya diajari tuh Feby, Mas Reno.. sudah gede tapi belum bisa bercinta” kata Intan tiba-tiba.
Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Intan tenyata dia sudah tidak menghisap kontolku lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.
”Intan masukkin ya Mas” kata Intan pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan kontolku ke lubang memeknya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut keriting.
Pelan tapi pasti Intan membimbing kontolku untuk masuk penuh ke dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari kontolku ke seluruh tubuhku. Tempik Intan yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan kontolku masuk ke dalamnya.
”Ah.. burung Mas Reno gede.. terasa penuh di tempik Intan” katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.
”Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Reno” kata Intan parau sambil mencumbu dadaku lagi.
Aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan Intan dan mendekatkan teteknya ke mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Intan.
”Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas” erang Intan memelas.
Kujilati terus dan mengisap puting Intan bergantian kiri dan kanan, sementara Intan menerima perlakuanku seperti kesetanan.
”Ayo Mas.. Reno.. terus.. ayo .. teruuss.. Intan mau dapet ni..” katanya bernafsu.
Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Intan mencium dan mengulum bibirku.
”Eeemhp.. aaah..”
Dan kemudian Intan terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Intan tanpa perlawanan lagi.
”Aaa.. berhenti dulu Mas Reno, istirahat sebentar, Intan sudah dapat Mas Reno” kata Intan lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan kontolku masih di dalam liang senggamanyanya.
Kurasakan detak jantung Intan yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai leherku.
”Makasih ya Mas Reno, enak sekali rasanya” kata Intan pelan.
Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Feby yang saat itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik Feby mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan teteknya kemulutku.
”Aah .. Mas Reno..” kata Feby pelan saat tetek kanannya kuhisap.
Saat itu Intan bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya dari kontolku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremas-remas tetek Feby sambil mengulum bibir Feby yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini Feby mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.
Kubimbing tangan Feby untuk memegang kontolku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari tempik Intan. Semula seakan ragu, tapi kini Feby mengenggam erat kontolku dan seperti sudah alami Feby mengocok kontolku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya.
”Aah .. Mas Reno.. geli ..” hanya itu komentar dari bibir Feby yang seksi itu.
Perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada Feby, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil susu Feby yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.
”Aargh.. aah ..” Feby mulai menggelinjang.
Feby diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeansnya. Kuperhatikan Feby masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat kontolku, dan tangan kirinya menekan-nekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam Feby waktu kancing celana jeans Feby sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas tempiknya. Kuelus-elus sebentar permukaan liang memeknya, lalu jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan tempiknya yang sudah basah oleh lendir memeknya.
”Ah.. Mas.. Reno .. aah” suara Feby semakin terdengar parau.
Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Feby dan menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Feby dan segera menciumi permukaan tempik Feby yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang jarang-jarang.
”Ah.. jangan Mas Reno .. ah..” kata Feby mendesis.
Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Feby sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan Feby akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.
”Aah .. argh ..” desis Feby pelan.
Posisiku saat itu dengan Feby seperti posisi 69, walau Feby tidak mengoral kontolku aku tidak peduli tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.
”Aah.. Mas .. truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah ..” teriak Feby tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan kontolku terasa sakit digenggam erat oleh Feby.
”Aaah.. Mas ..” teriakan terakhir Feby bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya kedalam mulutku.
Rupanya Feby sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.
”Aah.. enak sekali.. Mas Reno .. sudah ya Mas Reno..” kata Feby pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.
Akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kaki-kaki mereka.
Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan kontolku sudah ada yang memegang lagi.
”Mas main sama Intan lagi ya? Intan jadi nafsu ngeliat Mas Reno main sama Feby” kata Intan tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang kontolku.
Aku tak sempat menjawab karena Intan sudah mengulum kontolku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan Feby. Posisiku dengan Intan kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Intan dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalamnya.
”Eeemph .. emmph ..” Intan tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan kontolku.
Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan Intan yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya kontolku bisa muntah-muntah di dalam mulut Intan. Aku bimbing agar Intan berbaring di samping Feby sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya dengan menggesek-gesekan kontolku ke permukaan tempiknya yang dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Intan seperti mengerti, kemudian membimbing kontolku untuk masuk ke dalam lubang memeknya. Akupun bangkit sambil mengarahkan kontolku siap untuk menghujam lubang senggama Intan. Pelan tapi pasti kumasukan kontolku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.
”Aaah .. Mas Reno ..” desis Intan sambil menggoyang pantatnya.
Kurasakan seret sekali tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari kontolku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.
”Mas yang keras dong goyangnya.. terasa sekali mentok” kata Intan sambil melingkarkan tangannya ke leherku.
Akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ini. Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.
”Aah.. ah.. terus Mas .. terusss.. ah.. ah ..” lanjutnya keenakan.
Mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang Intan, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting Intan sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan kontolku telah diimbangi goyangan Intan yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apa-apanya.
”Ma.. Mas .. Intan mau dapet laggii.. bareeng yaa.. ah.. ah..” desis Intan histeris.
Aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Intan yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Intan.
”Aaarg ..” erangnya keras.
Intan mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Intan telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera mencabut kontolku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke perut Intan.
”Crut.. crut..”
Pejuku keluar banyak membasahi perut Intan dan mengenai teteknya.
”Aaah..” akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.
Intan mengusap-usap pejuku di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Feby mendekat dan melihat aksi Intan, kemudian membantu membersihkan pejuku.
”Baunya seperti santan ya?” komentar Feby sambil mencium tisunya yang penuh dengan pejuku.
”Ya udah. Semua dibereskan dulu” kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku ini.
”Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya” lanjutku kemudian.
Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi seperti ini.
Tak kurasa kami bertiga telah bermalam dan sadar pada keesokan harinya, dan berjanji akan melakukannya lagi nanti sesampainya dibawah dan menginap di hotel terdekat.
Susah dapat bonus dari web lain ? Coba gabung aja di JBMBET! Proses depo dan withdraw cepat :) Selalu bisa bekerja sama dengan member :) Bonus gampang didapatkan :)
Tunggu apa lagi ? Gabung di JBMBET
Cerita Sex,Cerita Bokep,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pemerkosaan,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Bikin Sange.Cerita Tante Girang,Cerita Dewasa,Cerita Panas,Crita Nentot SPG,Cerita Sex Pramugari
0 komentar:
Posting Komentar