Cerita Sex,Cerita Bokep,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pemerkosaan,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Bikin Sange.Cerita Tante Girang,Cerita Dewasa,Cerita Panas
JBMSEX - Matahari menyeruak masuk menyusuri celah-celah korden kamar hotel. Mataku terbuka dan memandang langit-langit kamar. Aku menoleh ke samping tanpa mendapati Ibu Maria di sisiku. Pikiranku saat itu, Ibu Maria sedang di kamar mandi membersihkan diri. Sedikit pun aku tidak berpikir bahwa dia akan meninggalkan aku tanpa berpamitan. Secarik kertas yang aku temukan di meja akhirnya menjawab keraguanku.
“ Danang sayang, Ibu pindah ke kamar sebelah. Pagi ini ada meeting dikantor bersama staf, jadi pagi-pagi Ibu sudah pindah kamar tanpa memberitahu kamu. Kalau bisa, kamu jangan balik ke jakarta. Temani Ibu, sayang.., Your lovely”
Pagi itu juga aku telepon reception hotel menyampaikan perpanjangan waktu menginap. Aku sempatkan berjalan-jalan disekitar hotel sambil menikmati cerahnya suasana pagi. Orang-orang sudah memulai aktivitasnya. Ibu-Ibu tua pemijat, menawarkan jasanya kepada beberapa orang asing yang sedang bermalas-malasan. Anak-anak muda berambut kekuning-kuningan karena terbakar sinar matahari, menenteng papan ski. Mereka terlihat begitu gembira saat melihat ombak besar bergulung-gulung memecah pantai.
“Mas.. Mas Danang kan?” Terdengar suara perempuan memanggilku.
Aku menoleh kearah suara tersebut dan mendapati Tari, staf Ibu Maria berlari-lari kecil ke arahku. Pakaiannya sangat casual, dengan celana pendek berwarna putih mempertontonkan kakinya yang putih dan jenjang. Diansungguh gadis yang sangat sexy, aku berkata dalam hati. Dan hari ini dia begitu ramah kepadaku. Sepertinya muka judes yang dia perlihatkan tadi malam, sirna ditelan oleh cerahnya mentari pagi.
“Hei.. Saya pikir ikut Ibu, katanya ada meeting?” Sahutku saat Dianberada dekatku.
“Hm.. Ibu bilang begitu?” Kata-katanya membuat aku bertanya-tanya dalam hati.
Keraguanku segera terjawab, “Ibu bertemu seseorang di Denpasar.
Tadinya saya akan ikut, tapi Ibu bilang nggak apa-apa kalau dia pergi sendiri. ”
“Mas.. Saya bosan disini, penginnya balik ke Jakarta segera” Sahutnya sambil menendang-nendang pasir yang putih.
“Karena cowoknya nunggu kan?” Aku menggoda.
“Iih, Mas bisa aja.. Bukan! Diankan nggak punya cowok” Balasnya sambil mencoba mencubit lenganku.
Tapi dengan reflek aku menghindar sehingga Diantambah bernafsu ingin mencubit lenganku. Setiap tangannya mencoba mencubit, aku berlari menghindar layaknya anak kecil bermain-main.
“Udah-udah, udah.. Aku nyerah, gih cubit..” Aku kasihan kepadanya.
“Nah, gitu dong Mas, sekarang aku cubit ya..” Senyumnya tersungging cantik.
Jarum jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul setengah dua belas. Matahari dipantai Kuta menyengat kulit. Butiran-butiran pasir sesekali terbang ditiup angin. Peselancar masih bermain-main bersama ombak yang bergulung-gulung.
“Tari, kita makan siang yuk? Kamu udah pernah ke Jimbaran?”
“Udah, sea foodnya enak lho Mas.. Mau berangkat sekarang?”
“Diansudah mulai lapar nih..” Selorohnya.
Jimbaran di siang hari, hanya beberapa rumah makan yang buka. Tampak beberapa pasangan orang asing bercengkrama dengan riang sambil meneguk beberapa botol bir. Aku dan Dianmemesan ikan bakar, cumi dan kerang. Dianhanya makan ikan dan cumi bakar dengan nasi sedikit.
“Diet, dian ?
“Nggak, emang Dianmakannya dikit, ayo dong, Mas makannya yang banyak, biar kuat kan?”
“Kuat apaan, kuat ngangkat kamu iya..” Aku tertawa membalas ucapannya.
“Emang kuat Mas..” “Ya iyalah.. Orang kamu nggak gemut-gemut amat. Kalau seperti orang itu”, aku menunjuk kepada seorang perempuan yang bertubuh besar, “Mampuslah aku..” “Ha.. Ha.. Lucu..” Tawanya lepas.
Sepanjang jalan pulang ke hotel, aku dan Dianbanyak bercerita mengenai pribadi masing-masing dan seputar usaha Ibu Maria. Diankelihatan sangat senang dengan pekerjaannya sekarang bersama Ibu Maria. Ibu Maria banyak membimbingnya dalam bekerja, layaknya Ibu dan anak.
Ketika telah sampai di halaman hotel, Diankelihatan gelagapan. Tangannya mencari-cari sesuatu dalam tas yang dia bawa. Benda putih berupa tabung kecil, dia semprotkan kedalam rongga mulutnya. Napasnya terlihat mulai teratur.
“Kamu punya penyakit asma ya Dian..?” Kataku penuh perhatian.
Dianhanya mengangguk kecil dan tangannya segera memegang lenganku. “Sorry ya Mas, Dianmasih merasa nggak enak. Kayak lemes gitu..” Ujarnya dengan lirih. Aku merasa kasihan kepada Tari. Perlahan-lahan aku berjalan menuju kamar Diansambil memegangnya.
“Mas, temani Dian sebentar ya.. Takut kalau asmanya kambuh lagi.”
Aku menganggukkan kepala sambil membuka selimut tempat tidurnya, serta mempersilahkannya untuk beristirahat. Diantergolek manja. Aku memandangnya dengan penuh perhatian. Matanya terbuka dan melihat ke arahku.
“Apa lihat-lihat..” Tegurnya dengan senyum simpul.
“Kamu cantik, Tari.”
“Gombal!”
“Benar! Kamu cantik! Aku dari tadi perhatiin kamu. Kamu terlihat tegar dan energik. Dan aku sangat khawatir kalau kamu ada apa-apa. Aku sayang kamu, Tari..” Aku berkata tanpa memberinya waktu untuk berbicara. Mau dapat bonus setiap hari?
“Trus Ibu Maria?” Ujarnya.
Aku mendekati Diandan duduk disisi tempat tidurnya.
“Nggak ada apa-apa..” Aku berbohong.
“Kita hanya mengobrol sepanjang malam.”
“Mas jangan bohong..” Badannya bergeser ke samping.
“Apa aku harus mencium kamu untuk membuktikan kalau saya sayang kamu Tari?” Dengan lembut aku mencium bibirnya. “Aku sayang kamu, Tari.” Dia melepaskan ciumannya dari bibirku. “Mana ada orang buktiin cinta dengan ciuman, gombal!” Senyumnya menggoda.
“Maunya yang bagaimana?”
“Apa aku harus membelah dadaku, boleh! Aku ambil pisau sekarang..” Pura-pura aku beranjak dari tempat tidurnya.
“Jangan.. Jangan..! Entar aku disangka bunuh kamu Mas..” Sahutnya tertawa manja.
Aku tidak membuang waktu terlalu lama, bibirku segera melumat bibirnya dengan nakal. Dianseorang pencium yang baik. Bibirnya menempel ketat pada bibirku dan memainkan lidahnya dengan sangat piawai. Buah dadanya menggesek badanku saat ciuman kami makin liar. Tanganku mulai bergerilya mengelus-elus pahanya yang putih. Sedangkan tanganku yang satunya membuka kancing celana panjang yang masih aku kenakan.
Sengaja aku membuka celana lebih dahulu, agar kontolku yang sudah mengeras keluar dengan lapang dan membuat birahi Dianmakin liar. Tepat dugaanku! Tangan Dianmemegang batang kontolku. Kadang digenggamnya batang kontolku dengan kuat. Terlihat emosi sexnya begitu tinggi, genggaman tangannya sangat jelas menunjukkan.
“Ahh.. Cium Adik kecilku sayang..” Aku mengatakannya dengan lembut.
“Wah.. Tegang sekali ya Mas.. Bisa nggak muat nih..”
Aku hanya tertawa mendengar gurauannya. Secara perlahan-lahan bibir tipisnya mencium ujung kontolku.. Lidahnya bermain-main mengelitik urat-urat kontolku yang makin jelas terlihat menahan geli. Sesekali aku menggelinjang kegelian saat mulutnya menghisap dengan kuat.
“Ahh.. Sakit sayang..”, Dianhanya tertawa kecil mendengar protesku
“Habis.. Adik kecilnya Mas menggemaskan..”
“Ha.. Ha..”, kami tertawa bersama-sama.
Aku membuka baju dan melepaskan celana. Dianpun mengikuti langkah yang sama. BH dan celana dalamnya sangat serasi menempel pada kulit putihnya. “Boleh aku photo kamu sayang..?” ujarku sambil mengambil camera digital yang tergeletak di samping tempat tidur.
“Apa? Mas ada-ada saja..”
“Badan kamu sexy, kalau diphoto hasilnya pasti seperti playmate playboy.”
“Ngaco..” Kita kembali tertawa dengan lepas. Gigi putihnya terlihat rapi menebarkan pesona.
Aku mencium Diandengan lembut sambil melepaskan kaitan BH-nya. Payudara Dianterlihat kencang mencuat kedepan. Aku meremas kedua payudaranya dari arah bawah. Lagi-lagi Dianmeremas-remas batang kontolku dengan keras. Orang bilang, kalau perempuan itu gemas memegang sesuatu, apalagi gemas memegang alat vital, biasanya perempuan tersebut memiliki birahi sex tinggi.
“Ahh..” Aku mengerang kenikmatan ketika tangan Dianmengocok-ngocok batang kontolku.
Dianmerebahkan dirinya seolah ingin dipuaskan. Kesempatan ini jelas aku pergunakan untuk memuaskan dirinya luar dalam. Puting payudaranya yang kemerahan aku hisap dengan ganas. Dianbegitu menikmati permainan sex babak pertama.
“Gigit.. Mas..” Kedua tangannya mencengkram sprei. Matanya terpejam menahan geli.
“Uh.. Enaknya.. Uh.. Trus sayang..” Mulutnya mengucapkan kata-kata birahi.
Erangan Dianmembuat aku makin bernafsu melumat klitorisnya. Bibir vaginanya terlihat rapi menempel pada sisi luar, yang ditumbuhi bulu-bulu halus bekas cukuran.
“Ah..”
“Kenapa sayang..” Aku mendongakkan kepala sambil menyengir.
“Sakit!” Protesnya. “Satu nol!” Aku tertawa melihat expresi mukanya, kelihatan cemberut. “Iih.. Dendaman ya.. Entar Dianbalas..” “Ya.. Ya.. Becanda kok sayang. Aku akan memuaskan dirimu sayang.. U will cum more than ever.. Ha.. Ha..”
“Emang bisa?”
“Dianbisa berkali-kali orgasme lho say.. ”
“Lets see..”
Aku memainkan lidah, menusukkan lidahku kedalam lubang vaginanya. Menjilati klitorisnya dan sesekali menarik-narik dengan lembut kedua bibir vaginanya. Mata Dianterpenjam menikmati permainanku. Lubang pantatnya terlihat sedikit terbuka, ketika kakinya dinaikkan ke atas.
Rupanya pantatnya pun sudah pernah kemasukkan benda tumpul. Tanpa perasaan jijik aku jilati lubang pantatnya. Lidahku kembali bermain-main menemukan daerah baru. Lubang pantat! Ketika lubang vaginanya mulai basah. Kontolku mulai mengarah masuk. Bles..
“Ahh. Enak sekali sayang.. Trus..”
“Yang keras sayang..” Dianberteriak-teriak kepuasan.
Pantatnya naik dan turun mengikuti irama naik dan turunnya kontolku. Sesekali pantatnya bergetar membuat kontolku seperti tersedot.
“Ah.. Memek kamu enak sekali say..”
“Punya Mas juga.. Besar..!” Dianmengerling ke arahku.
“Ah.. Mas.. Dianmau keluar.. Aahh..”
Aku tambah bernafsu memasukkan kontolku menembus liang vaginanya yang mulai basah. Dari dinding vaginanya keluar cairan membasahi kontolku. Vagina Dianberkedut-kedut menjepit kontolku yang masih tertanam di dalam. “Sa.. Tu kali..” Kataku sambil terengah-engah nikmat. Dianhanya tersenyum puas memandang ke arahku.
Aku kembali memulai babak berikutnya. Kontolku mengarah ke posisi lain, lubang pantat Tari! Perlahan tapi pasti, akhirnya Sst.. Sst.. Blep.. Muka Dianterlihat menahan sakit dan giginya terkatup. Lubang pantat Dianmenjepit batang kontolku dengan kuat. Sulit aku katakan dengan bahasa yang lugas, pokoknya nikmat hingga ke ubun-ubun.
Perlahan-lahan kontolku keluar dan masuk. Seperti orang bilang, lama-lama menjadi biasa. Dinding lubang pantatnya pun mengikuti besarnya kontolku. Sesaknya berkurang, kontolku makin cepat masuk dan keluar lubang pantatnya.
“Ahh.. Don’t stop hon..” Dianberteriak kenikmatan.
Tangannya menggosok-gosok klitorisnya sambil memejamkan mata. Rasanya puncak kenikmatannya akan tiba. Badannya kembali bergonyng-goyang, seolah ingin menumpahkan seluruh cairan kenikmatannya.
“Ahh.. Aku keluar lagi..” Dian berteriak. Dan kontolku masih mengocok lubang pantatnya.
“Ayo.. Say.. Keluarin.. Dianudah nggak ditahan..”
Makin kencang kontolku keluar dan masuk, makin cepat dorongan spermaku ingin tumpah. Dan aku tidak ingin menahannya di dalam kontolku. Aku harus membuang spermaku di dalam lubang kenikmatan Tari.
“Ah.. Aku mau keluar.. Tar..” Kocokan kontolku makin kencang.
Saat spermaku hendak keluar, tangan Dian menarik kontolku dan memasukkannya dengan cepat ke dalam lubang vaginanya. “Ah.., aahh..”, Crot crot.. Spermaku tumpah ruah di dalam lubang vagina Tari. Kedutan vaginanya seolah-olah ingin memeras batang kontolku agar spermanya keluar tak tersisa.
Aku tersenyum kepadanya.
Tiba-tiba bunyi bel terdengar. Diankelihatan gugup serta menyuruh aku membersihkan badan di kamar mandi. Dari balik kamar mandi aku mendengar suara seorang perempuan, seperti suara Ibu Maria. Mati aku! Aku berkata dalam hati.
Cerita Sex,Cerita Bokep,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pemerkosaan,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Bikin Sange.Cerita Tante Girang,Cerita Dewasa,Cerita Panas
JBMSEX - Matahari menyeruak masuk menyusuri celah-celah korden kamar hotel. Mataku terbuka dan memandang langit-langit kamar. Aku menoleh ke samping tanpa mendapati Ibu Maria di sisiku. Pikiranku saat itu, Ibu Maria sedang di kamar mandi membersihkan diri. Sedikit pun aku tidak berpikir bahwa dia akan meninggalkan aku tanpa berpamitan. Secarik kertas yang aku temukan di meja akhirnya menjawab keraguanku.
Liburan Berhadiah Kenikmatan Dari Asisten Boss
“ Danang sayang, Ibu pindah ke kamar sebelah. Pagi ini ada meeting dikantor bersama staf, jadi pagi-pagi Ibu sudah pindah kamar tanpa memberitahu kamu. Kalau bisa, kamu jangan balik ke jakarta. Temani Ibu, sayang.., Your lovely”
Pagi itu juga aku telepon reception hotel menyampaikan perpanjangan waktu menginap. Aku sempatkan berjalan-jalan disekitar hotel sambil menikmati cerahnya suasana pagi. Orang-orang sudah memulai aktivitasnya. Ibu-Ibu tua pemijat, menawarkan jasanya kepada beberapa orang asing yang sedang bermalas-malasan. Anak-anak muda berambut kekuning-kuningan karena terbakar sinar matahari, menenteng papan ski. Mereka terlihat begitu gembira saat melihat ombak besar bergulung-gulung memecah pantai.
“Mas.. Mas Danang kan?” Terdengar suara perempuan memanggilku.
Aku menoleh kearah suara tersebut dan mendapati Tari, staf Ibu Maria berlari-lari kecil ke arahku. Pakaiannya sangat casual, dengan celana pendek berwarna putih mempertontonkan kakinya yang putih dan jenjang. Diansungguh gadis yang sangat sexy, aku berkata dalam hati. Dan hari ini dia begitu ramah kepadaku. Sepertinya muka judes yang dia perlihatkan tadi malam, sirna ditelan oleh cerahnya mentari pagi.
“Hei.. Saya pikir ikut Ibu, katanya ada meeting?” Sahutku saat Dianberada dekatku.
“Hm.. Ibu bilang begitu?” Kata-katanya membuat aku bertanya-tanya dalam hati.
Keraguanku segera terjawab, “Ibu bertemu seseorang di Denpasar.
Tadinya saya akan ikut, tapi Ibu bilang nggak apa-apa kalau dia pergi sendiri. ”
“Mas.. Saya bosan disini, penginnya balik ke Jakarta segera” Sahutnya sambil menendang-nendang pasir yang putih.
“Karena cowoknya nunggu kan?” Aku menggoda.
“Iih, Mas bisa aja.. Bukan! Diankan nggak punya cowok” Balasnya sambil mencoba mencubit lenganku.
Tapi dengan reflek aku menghindar sehingga Diantambah bernafsu ingin mencubit lenganku. Setiap tangannya mencoba mencubit, aku berlari menghindar layaknya anak kecil bermain-main.
“Udah-udah, udah.. Aku nyerah, gih cubit..” Aku kasihan kepadanya.
“Nah, gitu dong Mas, sekarang aku cubit ya..” Senyumnya tersungging cantik.
Jarum jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul setengah dua belas. Matahari dipantai Kuta menyengat kulit. Butiran-butiran pasir sesekali terbang ditiup angin. Peselancar masih bermain-main bersama ombak yang bergulung-gulung.
“Tari, kita makan siang yuk? Kamu udah pernah ke Jimbaran?”
“Udah, sea foodnya enak lho Mas.. Mau berangkat sekarang?”
“Diansudah mulai lapar nih..” Selorohnya.
Baca Juga : Pengalaman Bercinta di Toilet Dengan Ayam Kampus
Jimbaran di siang hari, hanya beberapa rumah makan yang buka. Tampak beberapa pasangan orang asing bercengkrama dengan riang sambil meneguk beberapa botol bir. Aku dan Dianmemesan ikan bakar, cumi dan kerang. Dianhanya makan ikan dan cumi bakar dengan nasi sedikit.
“Diet, dian ?
“Nggak, emang Dianmakannya dikit, ayo dong, Mas makannya yang banyak, biar kuat kan?”
“Kuat apaan, kuat ngangkat kamu iya..” Aku tertawa membalas ucapannya.
“Emang kuat Mas..” “Ya iyalah.. Orang kamu nggak gemut-gemut amat. Kalau seperti orang itu”, aku menunjuk kepada seorang perempuan yang bertubuh besar, “Mampuslah aku..” “Ha.. Ha.. Lucu..” Tawanya lepas.
Sepanjang jalan pulang ke hotel, aku dan Dianbanyak bercerita mengenai pribadi masing-masing dan seputar usaha Ibu Maria. Diankelihatan sangat senang dengan pekerjaannya sekarang bersama Ibu Maria. Ibu Maria banyak membimbingnya dalam bekerja, layaknya Ibu dan anak.
Ketika telah sampai di halaman hotel, Diankelihatan gelagapan. Tangannya mencari-cari sesuatu dalam tas yang dia bawa. Benda putih berupa tabung kecil, dia semprotkan kedalam rongga mulutnya. Napasnya terlihat mulai teratur.
“Kamu punya penyakit asma ya Dian..?” Kataku penuh perhatian.
Dianhanya mengangguk kecil dan tangannya segera memegang lenganku. “Sorry ya Mas, Dianmasih merasa nggak enak. Kayak lemes gitu..” Ujarnya dengan lirih. Aku merasa kasihan kepada Tari. Perlahan-lahan aku berjalan menuju kamar Diansambil memegangnya.
“Mas, temani Dian sebentar ya.. Takut kalau asmanya kambuh lagi.”
Aku menganggukkan kepala sambil membuka selimut tempat tidurnya, serta mempersilahkannya untuk beristirahat. Diantergolek manja. Aku memandangnya dengan penuh perhatian. Matanya terbuka dan melihat ke arahku.
“Apa lihat-lihat..” Tegurnya dengan senyum simpul.
“Kamu cantik, Tari.”
“Gombal!”
“Benar! Kamu cantik! Aku dari tadi perhatiin kamu. Kamu terlihat tegar dan energik. Dan aku sangat khawatir kalau kamu ada apa-apa. Aku sayang kamu, Tari..” Aku berkata tanpa memberinya waktu untuk berbicara. Mau dapat bonus setiap hari?
“Trus Ibu Maria?” Ujarnya.
Aku mendekati Diandan duduk disisi tempat tidurnya.
“Nggak ada apa-apa..” Aku berbohong.
“Kita hanya mengobrol sepanjang malam.”
“Mas jangan bohong..” Badannya bergeser ke samping.
“Apa aku harus mencium kamu untuk membuktikan kalau saya sayang kamu Tari?” Dengan lembut aku mencium bibirnya. “Aku sayang kamu, Tari.” Dia melepaskan ciumannya dari bibirku. “Mana ada orang buktiin cinta dengan ciuman, gombal!” Senyumnya menggoda.
“Maunya yang bagaimana?”
“Apa aku harus membelah dadaku, boleh! Aku ambil pisau sekarang..” Pura-pura aku beranjak dari tempat tidurnya.
“Jangan.. Jangan..! Entar aku disangka bunuh kamu Mas..” Sahutnya tertawa manja.
Aku tidak membuang waktu terlalu lama, bibirku segera melumat bibirnya dengan nakal. Dianseorang pencium yang baik. Bibirnya menempel ketat pada bibirku dan memainkan lidahnya dengan sangat piawai. Buah dadanya menggesek badanku saat ciuman kami makin liar. Tanganku mulai bergerilya mengelus-elus pahanya yang putih. Sedangkan tanganku yang satunya membuka kancing celana panjang yang masih aku kenakan.
Sengaja aku membuka celana lebih dahulu, agar kontolku yang sudah mengeras keluar dengan lapang dan membuat birahi Dianmakin liar. Tepat dugaanku! Tangan Dianmemegang batang kontolku. Kadang digenggamnya batang kontolku dengan kuat. Terlihat emosi sexnya begitu tinggi, genggaman tangannya sangat jelas menunjukkan.
“Ahh.. Cium Adik kecilku sayang..” Aku mengatakannya dengan lembut.
“Wah.. Tegang sekali ya Mas.. Bisa nggak muat nih..”
Aku hanya tertawa mendengar gurauannya. Secara perlahan-lahan bibir tipisnya mencium ujung kontolku.. Lidahnya bermain-main mengelitik urat-urat kontolku yang makin jelas terlihat menahan geli. Sesekali aku menggelinjang kegelian saat mulutnya menghisap dengan kuat.
“Ahh.. Sakit sayang..”, Dianhanya tertawa kecil mendengar protesku
“Habis.. Adik kecilnya Mas menggemaskan..”
“Ha.. Ha..”, kami tertawa bersama-sama.
Aku membuka baju dan melepaskan celana. Dianpun mengikuti langkah yang sama. BH dan celana dalamnya sangat serasi menempel pada kulit putihnya. “Boleh aku photo kamu sayang..?” ujarku sambil mengambil camera digital yang tergeletak di samping tempat tidur.
“Apa? Mas ada-ada saja..”
“Badan kamu sexy, kalau diphoto hasilnya pasti seperti playmate playboy.”
“Ngaco..” Kita kembali tertawa dengan lepas. Gigi putihnya terlihat rapi menebarkan pesona.
Aku mencium Diandengan lembut sambil melepaskan kaitan BH-nya. Payudara Dianterlihat kencang mencuat kedepan. Aku meremas kedua payudaranya dari arah bawah. Lagi-lagi Dianmeremas-remas batang kontolku dengan keras. Orang bilang, kalau perempuan itu gemas memegang sesuatu, apalagi gemas memegang alat vital, biasanya perempuan tersebut memiliki birahi sex tinggi.
“Ahh..” Aku mengerang kenikmatan ketika tangan Dianmengocok-ngocok batang kontolku.
Dianmerebahkan dirinya seolah ingin dipuaskan. Kesempatan ini jelas aku pergunakan untuk memuaskan dirinya luar dalam. Puting payudaranya yang kemerahan aku hisap dengan ganas. Dianbegitu menikmati permainan sex babak pertama.
“Gigit.. Mas..” Kedua tangannya mencengkram sprei. Matanya terpejam menahan geli.
“Uh.. Enaknya.. Uh.. Trus sayang..” Mulutnya mengucapkan kata-kata birahi.
Erangan Dianmembuat aku makin bernafsu melumat klitorisnya. Bibir vaginanya terlihat rapi menempel pada sisi luar, yang ditumbuhi bulu-bulu halus bekas cukuran.
“Ah..”
“Kenapa sayang..” Aku mendongakkan kepala sambil menyengir.
“Sakit!” Protesnya. “Satu nol!” Aku tertawa melihat expresi mukanya, kelihatan cemberut. “Iih.. Dendaman ya.. Entar Dianbalas..” “Ya.. Ya.. Becanda kok sayang. Aku akan memuaskan dirimu sayang.. U will cum more than ever.. Ha.. Ha..”
“Emang bisa?”
“Dianbisa berkali-kali orgasme lho say.. ”
“Lets see..”
Aku memainkan lidah, menusukkan lidahku kedalam lubang vaginanya. Menjilati klitorisnya dan sesekali menarik-narik dengan lembut kedua bibir vaginanya. Mata Dianterpenjam menikmati permainanku. Lubang pantatnya terlihat sedikit terbuka, ketika kakinya dinaikkan ke atas.
Rupanya pantatnya pun sudah pernah kemasukkan benda tumpul. Tanpa perasaan jijik aku jilati lubang pantatnya. Lidahku kembali bermain-main menemukan daerah baru. Lubang pantat! Ketika lubang vaginanya mulai basah. Kontolku mulai mengarah masuk. Bles..
“Ahh. Enak sekali sayang.. Trus..”
“Yang keras sayang..” Dianberteriak-teriak kepuasan.
Pantatnya naik dan turun mengikuti irama naik dan turunnya kontolku. Sesekali pantatnya bergetar membuat kontolku seperti tersedot.
“Ah.. Memek kamu enak sekali say..”
“Punya Mas juga.. Besar..!” Dianmengerling ke arahku.
“Ah.. Mas.. Dianmau keluar.. Aahh..”
Aku tambah bernafsu memasukkan kontolku menembus liang vaginanya yang mulai basah. Dari dinding vaginanya keluar cairan membasahi kontolku. Vagina Dianberkedut-kedut menjepit kontolku yang masih tertanam di dalam. “Sa.. Tu kali..” Kataku sambil terengah-engah nikmat. Dianhanya tersenyum puas memandang ke arahku.
Aku kembali memulai babak berikutnya. Kontolku mengarah ke posisi lain, lubang pantat Tari! Perlahan tapi pasti, akhirnya Sst.. Sst.. Blep.. Muka Dianterlihat menahan sakit dan giginya terkatup. Lubang pantat Dianmenjepit batang kontolku dengan kuat. Sulit aku katakan dengan bahasa yang lugas, pokoknya nikmat hingga ke ubun-ubun.
Perlahan-lahan kontolku keluar dan masuk. Seperti orang bilang, lama-lama menjadi biasa. Dinding lubang pantatnya pun mengikuti besarnya kontolku. Sesaknya berkurang, kontolku makin cepat masuk dan keluar lubang pantatnya.
“Ahh.. Don’t stop hon..” Dianberteriak kenikmatan.
Tangannya menggosok-gosok klitorisnya sambil memejamkan mata. Rasanya puncak kenikmatannya akan tiba. Badannya kembali bergonyng-goyang, seolah ingin menumpahkan seluruh cairan kenikmatannya.
“Ahh.. Aku keluar lagi..” Dian berteriak. Dan kontolku masih mengocok lubang pantatnya.
“Ayo.. Say.. Keluarin.. Dianudah nggak ditahan..”
Makin kencang kontolku keluar dan masuk, makin cepat dorongan spermaku ingin tumpah. Dan aku tidak ingin menahannya di dalam kontolku. Aku harus membuang spermaku di dalam lubang kenikmatan Tari.
“Ah.. Aku mau keluar.. Tar..” Kocokan kontolku makin kencang.
Saat spermaku hendak keluar, tangan Dian menarik kontolku dan memasukkannya dengan cepat ke dalam lubang vaginanya. “Ah.., aahh..”, Crot crot.. Spermaku tumpah ruah di dalam lubang vagina Tari. Kedutan vaginanya seolah-olah ingin memeras batang kontolku agar spermanya keluar tak tersisa.
Aku tersenyum kepadanya.
Tiba-tiba bunyi bel terdengar. Diankelihatan gugup serta menyuruh aku membersihkan badan di kamar mandi. Dari balik kamar mandi aku mendengar suara seorang perempuan, seperti suara Ibu Maria. Mati aku! Aku berkata dalam hati.
Cerita Sex,Cerita Bokep,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pemerkosaan,Cerita Sex ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Bikin Sange.Cerita Tante Girang,Cerita Dewasa,Cerita Panas
0 komentar:
Posting Komentar