JBMsex Menyajikan Cerita Sex Tante | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex ABG | Cerita Sex Pemerkosaan | Film dewasa
jbmbet'
Juni 04, 2019 Posted by Tips Hoki No comments Posted in
Posted by Tips Hoki on Juni 04, 2019 with No comments | Categories:
Jbmsex.blogspot.com, Indonesia - Cerita Sex Kepuasan Suamiku Dari Istri Ke 2, Mata Sari berkaca-kaca, dadanya yang besar berdegub keras, tangannya sibuk memainkan jilbab biru mudanya. Rizal memandang lurus tepat di bola mata Sari, mencari-mencari apa yang ada dalam pikiran wanita cantik itu, istri tercintanya.

Cerita Sex Kepuasan Suamiku Dari Istri Ke 2

Cerita Sex Kepuasan Suamiku Dari Istri Ke 2

Tiba-tiba Sari terisak pelan, meracau bebas. “Aku ikhlas, Zal. Aku ridho. Aku mau di madu.” Setelah kalimat terakhir, Sari menangis lebih keras lagi. Kali ini tersengal-sengal.

Rizal memegang bahu Sari, matanya tak lepas menatap Cintanya. “Sari, kamu ngomong apa sih, Sayang?” kali ini nada suara Rizal melunak.

“Zal, tidak pahamkah kamu, berapa lama kita menunggu-nunggu buah hati? Tak juakah kamu tahu, betapa aku sudah tidak mampu lagi mendengar pertanyaan dari Abah dan Umi, begitu juga Ibu dan Bapakmu, kakak-kakak iparmu, belum lagi para tetangga yang bergunjing? Sebelas tahun, Zal…” kata-kata Sari tercekat di leher. Wajahnya tiba-tiba memerah, kali ini tangisnya meledak keras tak terbendung hingga tangannya dingin, dan Rizal tak mampu menghentikan.

Sari menggeliat ketika matahari menerobos ruang kamarnya. Matanya yang bulat masih sembab, sisa tangis tadi malam. Ia terkesiap, mentari tampak malu-malu menampakkan dirinya, embun sisa hujan kemarin menetes di dedaunan, sedang dia masih berbaring malas. Melihat jam weker di samping mejanya, jam 05.30 Wib, Sari langsung mengambil handuk, berwudhu, dan menunaikan sholat. Setelahnya segera menuju dapur, namun langkahnya berhenti seketika begitu melewati ruang makan. Masakan telah terhidang, dan Sari langsung berpikir, Rizal. Siapa lagi yang membuat kejutan ini selain laki-laki itu, karena mereka hanya tinggal berdua.

Bergegas Sari mencari sosok Rizal hingga dia menemukan suami tercintanya sibuk merapikan Laptop di ruang kerjanya. “Belum tidur, Zal?” kata Sari, mendapati Rizal dalam wajah kuyu. Dia langsung menghampiri, membantu Rizal berbenah. Kemudian, mata mereka saling bertatapan, kali itu dia melihat mata jengah Rizal.

“Zal, makasih buat sarapannya. Maaf ya, aku kesiangan, mestinya aku…”

Rizal meletakkan telunjuknya di bibir Sari, “Ssttt, sudahlah, Sari. Kamu telah melakukan ini sepanjang pernikahan kita, sebelas tahun, dan ini bukanlah hal yang kamu sengaja. Kamu telah melakukan yang terbaik, aku hanya ingin sesekali membantumu.” kata Rizal seraya berlalu.

Tiba-tiba tangan Sari menahan langkah Rizal. “Zal, kemarin malam aku benar-benar serius.”

Rizal membalik badan, memegang bahu Sari, menatapnya kembali. “Sari, Kalo kamu serius, baiklah aku setuju. Tapi kamu yang harus mencarikannya untukku.”

Mata Sari sejenak berbinar, tadinya dia tidak yakin Rizal akan menyetujui niatnya, kini kekhawatirannya tidak terbukti. Akhirnya Rizal menyetujuinya!

Minggu pertama – minggu kedua, Sari menelepon seluruh teman baiknya, terutama yang belum menikah. Dia menawarkan ide untuk menikahi Rizal. Semua sahabatnya menyebutnya, GILA!

Hingga akhirnya, hari itu Sari menyerah.

Minggu ketiga – minggu keempat, Sari nekat menawarkan suaminya pada sebuah biro jodoh di koran yang pernah dibacanya. Sampai dengan minggu keempat, dia menerima puluhan surat jawaban. Dia mempelajari satu bersatu surat-surat jawaban yang dia dapat, membaca satu persatu. Sari menelitinya dan merasa tidak ada satupun yang sesuai dengn kriteria yang diinginkannya. Terutama adanya syarat untuk membuat surat keterangan berkaitan dengan test kesuburan. Hampir semua surat balasan tidak menyertakan surat keterangan tersebut. Hanya beberapa, tapi tidak memenuhi kriteria karena mereka mulai mengada-ada, hanya seperti menjual rahimnya.

Sari tertunduk lesu.

Minggu kelima – Minggu keenam, Sari menambah volume semangatnya mencarikan istri untuk Rizal, suaminya. Kali ini dia menawarkan Rizal kepada janda-janda yang dikenalnya dalam majelis taklim di sekitar rumahnya.

Baca Juga : Cerita Sex Asisten Penuh Gairah Membantu Hasrat


Hingga suatu saat, Sari menemukan seseorang yang dianggap cocok, seorang janda satu anak, dan masih sangat belia, suaminya meninggal ketika menjadi TKI di luar negeri. Dengan setengah bergetar, Sari menerima kartu nama yang diberikan si janda. Wajah wanita itu mengingatkan Sari pada seorang artis sinetron di TV, Zaskia Adya Mecca.

Sari mulai cemburu, hatinya berdegup kencang. Dia kembali melihat janda cantik itu, mulai dari wajah hingga postur tubuhnya yang aduhai. Sari kemudian menekuri dirinya. Wajahnya jelas kalah jauh dengan sosok wanita yang kini duduk dihadapannya, begitu juga warna kulitnya yang sawo matang, dibanding wanita itu yang kulitnya jauh lebih bersih dan bersinar.

Tapi kemudian buru-buru dia tepis pikiran cemburu itu jauh-jauh, Sari kembali pada niat awal untuk mendapatkan calon pendamping sang suami.

Indah, begitulah nama panggilan si janda cantik.

Sari, mulai mengatur jadwal kencan suaminya dengan janda itu. Malam harinya, Sari sengaja mengajak Rizal keluar untuk memperkenalkan Indah pada sang suami.

Indah datang mengenakan gaun merah dan jilbab merah menyala. ”Cantik sekali!” batin Sari. Hatinya bergetar hebat. Hampir saja dia menangis, terlebih ketika dia melihat Rizal yang seakan terpesona oleh kecantikan Indah.

Sebagai sesama muslimah, Indah menghargai Sari, sehingga dia bersikap sangat sopan, menunggu Sari memulai pembicaraan. Mereka mulai berbasa-basi memperkenalkan diri masing-masing, sesekali dia melihat mata Indah melirik malu-malu pada Rizal. Dan kilatan mata itu, membuat jantung Sari seakan berhenti. Hatinya terasa terkoyak, Sari meremas jilbab yang ia kenakan. Sedang Rizal sepintas, tidak begitu tertarik. Dia malah sibuk memainkan HP-nya.

Minggu Kesepuluh

Sudah tiga kali ini suaminya melakukan ta’aruf dengan Indah. Dan untuk kali ketiga ini, Sari menemukan adanya perbedaan, mulai dari sikap, tindak tanduk, dan juga kebiasaan suaminya. Di matanya, Rizal terlihat semakin tampan dan bersih, serta mulai merubah penampilannya.

Puncaknya adalah malam minggu ini, malam keempat dia mengajak Indah makan malam, dan rencananya Indah akan mengenalkan Rizal kepada keluarga besarnya.

Sari tercekat ketika Rizal berpamitan dengannya. Ketika melangkah menuju pintu, dia menubruk Rizal dari belakang, memeluknya, terisak hebat di punggungnya.

Rizal menoleh ke arah Sari, memandang wajah istrinya yang terisak, kemudian memegang dagu Sari, mencium keningnya. Rizal berkata lembut, “Ada apa, Sayang?”

Sari menggeleng, namun sejurus kemudian dia berkata. “Zal, andaikata kamu mencintainya, dan berniat melangsungkan pernikahan, maukah kamu menceraikan aku, karena aku tidak tahan dengan semua ini. Aku mulai tidak ikhlas, Zal.”

Kening Rizal mengernyit, seulas senyum nakal terurai di bibirnya. “Katanya kamu mau aku menikahi Indah, dan kamu rela dimadu? Aku kan cuma menuruti kamu, Sayang. Karena aku sayang sekali sama kamu!” kata Rizal.

Tangis Sari semakin keras. “Ternyata sulit menjadi ikhlas, Zal, ketika orang yang sangat kita cintai, harus berbagi cinta dengan yang lain. Tidak, Zal, aku tidak sanggup. Misalkan aku boleh memilih, jika memang kamu sudah terlanjur mencintainya, lebih baik kamu tinggalkan aku, dan menikahlah dengannya. Aku akan lebih menerima itu, karena aku tidak perlu melihat kalian bermesraan setiap hari di hadapanku.” cecar Sari.

Cerita Lainnya:   Enaknya Bercinta Dengan Amoy Medan
Rizal tak tak kuasa menahan tawanya, sejurus kemudian dia memeluk Sari, mencium keningnya dan berkata. “Sari, siapa yang akan menikah? Dan siapa yang akan meninggalkanmu? Kamu pikir begitu mudahnya cinta yang kita bina selama sebelas tahun lamanya berpindah hati. Sejak awal menikah, aku sudah memutuskan akan memberikan seluruh jiwa dan ragaku untuk membahagiakan kamu, menyayangi, mencintai, dan melindungi kamu, Sayangku. Ikatan pernikahan kita disaksikan Tuhan, dan menikah bukan permainan, Sari.” kata Rizal lembut.

Sari tertegun, menghentikan isaknya, kemudian menjauhkan tubuh Rizal seraya berkata. “Loh, bukannya kamu sudah melakukan ta’aruf dengan Indah? Lalu…”

Rizal memotong kata-kata Sari, “Aku sudah memutuskan hubungan sejak hari pertama kami makan malam. Aku pikir kamu konyol sekali menjodohkan aku dengan wanita lain, dan kekonyolan itu harus diakhiri mulai hari itu. Aku memang sengaja merubah penampilan supaya bisa membaca reaksi kamu, ternyata cintamu masih sedalam ketika pertama kita menikah dulu.”

Sari cemberut. Mencubit perut Rizal yang gendut. Sedetik kemudian mereka larut dalam cengkrama yang indah, hari ini hari terindah bagi Sari.

Tapi, benarkah begitu ?

Sekitar pukul sembilan malam, Rizal gelisah menatap jam dinding yang jarumnya terasa lambat berputar. Disampingnya, Sari sudah tertidur pulas setelah sebentar digumulinya tadi, sedikit menumpahkan spermanya di memek Sari yang sempit. Rizal melirik arlojinya. Dandanannya sudah sesuai, rapat dalam balutan jaket kulit tebal, dengan bawahan jeans biru belel yang melekat longgar di kaki besarnya. Hari ini jadwalnya ia ’nge-ronda’.

Tak lama, Rizal bergerak ke garasi dan dengan pelan mengeluarkan motor dari tempatnya. Dituntunnya sampai ke jalan, lalu berbalik untuk mengunci pintu rumah dan pagar depan. Dijumpainya para tetangga yang sudah berkumpul di pos ronda. Setelah berbasa-basi sejenak, Rizal meninggalkan uang 50ribu bagi mereka, sekedar untuk beli kopi dan cemilan. Hari ini ia tidak ikut nge-ronda, ada acara lain yang lebih menarik untuk dihabiskan di malam yang dingin dan sepi ini.

Dengan motornya, Rizal meluncur ke sebuah komplek perumahan, komplek yang dihuni kelompok masyarakat menengah ke atas. Perumahan ini tampak lengang pada saat seperti ini. Lampu-lampu jalan klasik tampak menghiasi seluruh sisinya. Sangat indah. Taman-taman kecil bermunculan di setiap halaman rumah, tak ada barang sepetak tanah pun yang dibiarkan kosong. Benar-benar tempat hunian yang nyaman dan indah.

Rizal memarkir motornya di blok agak belakang. Seorang wanita cantik berperawakan sedang sudah menunggu dengan senyumnya yang indah. Pagar terbuka, dan wanita itu menyalami Rizal.

”Tidak ngantuk kan?” tanya Rizal sambil melangkah masuk memasuki ruang tamu.

”Agak sih, habis sudah malam sekali.” jawab wanita berjilbab mirip Zaskia Adya Mecca itu. Ya, wanita itu adalah Indah!

Saat dia berbalik, bermaksud untuk menemani Rizal duduk, saat itu juga Rizal menyergap dan memeluknya, lalu merengkuhnya dalam ciuman dan kecupan panas yang membabi buta. Indah tak sempat mengelak, dia hanya bisa pasrah meringkuk dalam rangkulan Rizal yang memang bertubuh jauh lebih besar darinya.

Nafas keduanya sangat memburu. Pelukan-pelukan tangan kekar Rizal yang mulanya meremas pantat montok Indah, kini berpindah ke lengan, sementara mulutnya berusaha mengecup payudara Indah yang membusung indah di balik dasternya.

”P-pintunya… mas!” lirih Indah.

Enggan, Rizal melepas tubuh montok wanita cantik itu untuk bergerak ke arah pintu dan menguncinya dari dalam. Lalu dengan tak sabar dia menyerbu Indah kembali, menangkapnya seperti bola dan merebahkannya di sofa merah yang ada di ruang tamu, yang menerima hempasan badan kedua insan yang lagi diamuk birahi itu dengan enggan.

Tangan keduanya saling bergerilya. Indah yang tidak mau diam diserang oleh Rizal, mulai berani menarik sabuk di pinggang laki-laki itu. Rizal membiarkannya saja, dengan bertumpu pada lutut, dia tampak sedang sibuk melepas kait BH Indah. Daster yang tadi dikenakan oleh wanita cantik itu sudah teronggok di lantai. Kini yang tersisa hanya jilbab biru muda dan celana dalam hitam berenda yang menempel di tubuh molek Indah. Itupun tidak lama, karena Rizal mulai menyusupkan salah satu tangannya ke balik celana dalam Indah setelah berhasil membetot BH-nya.

”Sshhh…” rintih Indah menahan gejolak saat jari tengah Rizal mulai menyentuh lapisan daging membusung berambut tebal miliknya.

”Hhhh…” desah Rizal kala tangan Indah sudah menggenggam kontolnya yang tegang habis.

Tubuh mereka bertindihan. Indah menggigit-gigit puting di dada Rizal, sementara Rizal asyik menusuk-nusuk lembut lubang sempit Indah dengan jari tengahnya. Mata liar Rizal melirik ke bawah, ke lubang sempit berbulu rimbun milik Indah.

”Sempit sekali, Dah.” erang Rizal.

”Punyamu juga besar, mas.” balas Indah. ”Aku takut!” bisiknya manja, terlihat semakin cantik dan menggemaskan.

”Kau sudah pernah melahirkan, punyaku tak akan terasa terlalu menyakitkan.” Rizal membujuk.

”Aku melahirkan lewat bedah,” Indah menjelaskan sambil mengocok cepat rudal Rizal, membuat Rizal merem melek keenakan dan mencongkel lubang kencing Indah semakin dalam.

”Aku akan pelan-pelan,” Rizal terus membujuk.

”Pokoknya aku takut, jangan malam ini.” Indah menggeleng, tapi tangannya semakin bersemangat mengocok penis Rizal.

”Kau selalu begitu. Aku sudah tak tahan!” balas Rizal.

”Biar kuemut saja, seperti biasanya.” tawar Indah, wajah jelitanya yang masih berbalut jilbab tampak merah merona. Dia lalu turun dari sofa.

Rebahan pasrah, Rizal memberikan kontolnya yang gundul pada Indah. Wanita itu jongkok dan membelai-belainya sebentar, sebelum tanpa ragu, mulut kecilnya terbuka dan langsung melahapnya dengan rakus. Dia terlihat kepahayan saat melakukannya, tapi tetap tidak mau menyerah. Dengan sepenuh hati, Indah terus menghisap batang coklat panjang itu.

”Ehhhm…” Rizal menggelinjang hebat. Dia bertekad untuk tidak sampai ejakulasi di mulut Indah. Harus malam ini, tekadnya. Setelah tiga kali tidur dengan wanita itu, Rizal memang belum pernah mencicipi lubang surgawi Indah. Dia harus puas hanya dengan petting dan oral saja. Setiap kali Rizal meminta, Indah selalu beralasan, ”Akan kuberikan kalau kita sudah menikah!” dan tentu saja, Rizal tidak menginginkan hal itu. Baginya, istri satu-satunya adalah Sari. Indah cuma obyek pelampiasan nafsunya saja, sama seperti wanita-wanita lain yang pernah diperkenalkan Sari pada dirinya.

Ya, Sari tidak pernah mengetahui kalau cara ta’aruf Rizal adalah seperti ini. Tidak cuma berkenalan dan ngobrol biasa, Rizal juga meminta setiap calon istrinya untuk mau diajak tidur bareng. Dengan alasan ’tes kesuburan’, para perempuan itu harus bisa memuaskannya di atas ranjang. Dan sampai sejauh ini, Indah lah yang paling berhasil. Rizal sangat berhasrat pada kembaran Zaskia Adya Mecca itu.

agen judi indonesia

”Ah, aku capek, mas.” keluh Indah setelah berlalu limabelas menit, kontol Rizal masih saja mengacung tegak. Bibir Indah sudah sedikit kelu gara-gara kebanyakan menyedot precum Rizal, sementara tangannya sudah pegal mengocok daging panjang itu. Kalau saja ukuran penis Rizal biasa-biasa saja, tentu Indah tidak akan secapek ini. Tapi kelamin Rizal memang lain, benar-benar luar biasa. Belum pernah Indah melihat kontol sebesar ini, begitu panjang, keras, dan agak miring ke kanan seperti menara Pisa. Punya suaminya yang sudah almarhum saja tidak seperti ini.

”Aku masih belum keluar, Sayang.” rengek Rizal sambil memijit puncak payudara Indah, memilin-milin putingnya yang berwarna merah kecoklatan dengan dua jarinya. Sekonyong-konyong, laki-laki itu berdiri dan mengangkat tubuh molek Indah, lalu digendongnya menuju kamar. Dengan tidak mempedulikan pintu kamar yang masih terbuka, Rizal merebahkan tubuh Indah ke atas ranjang.

”Mas, kau mau apa?” tanya Indah ragu-ragu.

”Aku menginginkanmu, Dah.” jawab Rizal. Tangannya kembali meremas-remas tonjolan daging bulat di dada Indah.

”Kau mencintaiku?” tanya Indah lagi.

”Apakah itu yang kau harapkan agar aku bisa mendapatkan vaginamu?” Rizal bertanya balik. Dia menciumi puting Indah yang mencuat indah secara bergantian.

”Aku butuh kejelasan.” Indah memaksa.

”Aku tidak bisa berjanji, aku masih takut untuk berkomitmen.” Rizal mencucup dan menggigitnya berulang kali.

”Kau hanya ingin tubuhku!” tuduh Indah, mendorong kepala Rizal dari atas buah dadanya.

”Tapi kau juga menikmatinya kan?” Rizal memandang mata wanita cantik itu.

”Aku tidak serendah itu,” desis Indah judes.

”Hehe, aku memang lebih tinggi daripada kamu, Sayang.” Rizal mengedipkan matanya menggoda.

”Dasar!” Indah merajuk manja.

”Aku akan jongkok, biar tinggi kita sama.” dan benar saja, Rizal mulai menekuk kakinya hingga kepalanya berada tepat di depan selangkangan Indah. Dihadapannya kini terpampang paha mulus dan vagina licin milik wanita cantik itu. Dengan bulu keriting yang hitam tebal, seonggok daging surgawi itu terlihat begitu menggairahkan. Rizal membenamkan mukanya disana.

”Ehsss… mas!” Indah langsung menggelinjang, kakinya terbuka semakin lebar, sementara tangannya sibuk menjambak rambut panjang Rizal.

”Aku jilat ya?” goda Rizal.

”Hiyaaaaa…” belum selesai Indah mengerang, dirasakannya sapuan lembut lidah basah Rizal di sela-sela gundukan daging kemaluannya. Lidah itu dengan pasti membelah laut merah miliknya, dan mulai menusuk kesana-kemari begitu cepat. Sementara di atas, tangan Rizal bergerak lincah mencari puting susu Indah dan langsung memencetnya kuat-kuat begitu mendapatkannya.

”Auw, mas!” Indah menjerit kesakitan. ”Pelan-pelan!” Kedua putingnya terasa kaku dan mengeras, tanda kalau ia juga sudah pengen. Dengan jempol dan telunjuknya, Rizal terus memilin dan menjepit daging mungil itu.

”Aku masukkan yah?” pinta Rizal sambil menyiapkan penisnya.

”Jangan!” jawab Indah cepat.

”Kuperkosa saja kalau begitu,” Rizal mengedipkan mata.

Indah melotot, namun tangannya merangkul pinggang Rizal. Laki-laki itu agak berdiri sekarang. Rizal menarik kaki Indah sampai kemaluannya pas di depan bibir vagina wanita cantik itu. Tanpa suara, Rizal menatap Indah, berusaha meyakinkannya agar tidak usah takut.

Indah akhirnya mengangguk, ”Lakukan, mas.” bisiknya lirih.

Tersenyum, Rizal mengucapkan terima kasih dan menggenggam batang penisnya, siap-siap diluncurkan ke sasaran; lubang kelamin Indah yang masih kelihatan mungil dan sempit.

”Pelan-pelan, mas!” lirih Indah. Meski masih agak takut, namun hatinya sedikit tentram melihat mata elang Rizal yang penuh perlindungan.

Rizal menarik lagi kaki Indah. Ujung kelaminnya sudah menempel di liang surga milik sang kekasih, terasa hangat dan licin disana. ”Tahan sedikit,” kata Rizal. Sekoyong-konyong, ditariknya pinggang Indah mendekat. Dan dengan sedikit menekuk lutut, dia menghujamkan penisnya keras-keras ke arah kemaluan wanita cantik itu.

”AAHHHHHH…!!!” Indah menjerit pilu sambil berusaha memundurkan pantatnya, sementara tangannya bertumpu pada ranjang.

Tapi Rizal yang sudah telanjur merasakan sensasi nikmat saat kepala rudalnya menyerodok lubang sempit Indah, tidak mau melepaskan kesempatan itu begitu saja. ”Iya, tahan, Sayang. Ini baru ujungnya.” bisiknya.

”Ohh… ampun, mas! Sakit!” rintih Indah ketakutan. Pahanya berusaha menutup. Tapi tentu saja Rizal lebih kuat, dia membukanya lagi hingga kedua paha itu kembali terkuak ke sisi ranjang. Dan tanpa membuang waktu, Rizal menyodok lagi. Sangat keras. Sambil tangannya menarik pantat bulat Indah ke arahnya.

Tentu saja perbuatannya itu langsung membuat Indah menjerit tak karuan.”ADUUUHHH… ADUDUUUUHHHH… AMPUN, MAS! SAKITTT!!!” air mata tampak mengalir di sudut matanya.

Rizal menahan nafas, berusaha meresapi saat dinding-dinding kemaluan Indah yang hangat dan basah membungkus batang penisnya, sepenuhnya. Ehm, sangat nikmat sekali! Terasa sedikit kencang dan berkedut-kedut. Seperti hidup saja layaknya.

Rizal merebahkan tubuhnya, menindih tubuh molek sang kekasih. Bertumpu pada siku dan lututnya, ia mendorong badan Indah agar sedikit bergeser ke tengah ranjang. Dengan alat kelamin yang masih bertaut erat, keduanya berbaring agak ke tengah. Rizal menunduk, mencium dan melumat habis bibir Indah yang terasa manis, memainkan lidahnya di dalam mulut wanita cantik beranak satu itu.

Indah yang mulai merasakan kenikmatan, pelan-pelan merangkul tubuh gemuk Rizal. Rasa sakit yang tadi ia rasakan perlahan menghilang, digantikan oleh rasa geli dan nikmat yang menjalar cepat di sekujur lubang kemaluannya. ”Goyangkan, mas! Aku sudah siap,” pintanya tak lama kemudian.

”Tentu, Sayang.” sedikit menarik penisnya, Rizal menggesek pelan lorong kemaluan sang kekasih. Indah yang tidak ingin kehilangan momen, mengejar dengan menaikkan pantatnya, seakan-akan takut kontol Rizal akan lepas meninggalkan lubangnya. Pada saat itulah, dengan sangat keras, Rizal menghujamkan penisnya ke bawah.

JLEEBBBB…!!!

”Ahhhhhhh…” Indah berteriak keenakan.

”Oughhhhh…” Rizal yang juga merasa nikmat, mengerang dengan tubuh gemetaran.

Di luar, hujan mulai turun. Suasana semakin dingin di dalam kamar yang tidak ber AC itu. Tapi kedua insan berlainan jenis itu semakin panas saja bergulat mereguk kenikmatan. Keduanya sekarang malah sudah sangat berkeringat.

Punggung Rizal yang lebar tampak hampir menutupi seluruh tubuh Indah yang berbaring pasrah di bawahnya. Jilbabnya sudah terlepas, menampakkan rambut panjang Indah yang terurai hingga ke punggung. Tangan wanita itu menggelayut manja di bahu Rizal, sementara kakinya melingkar ke paha Rizal, seakan meminta pada Rizal agar memasukinya lebih dalam lagi. Tanpa merasa letih, Rizal memberikannya. Ia ayunkan pinggulnya dengan lincah ke selangkangan Indah yang sudah sangat licin dan becek. Kadang-kadang suara seperti closet mampet muncul akibat gesekan alat kelamin mereka.

Saat itulah, selagi asyiknya-asyiknya mengayuh, tiba-tiba… ”Om, om kok nindih mama?” tanya suara mungil yang berdiri di ambang pintu.

”Ahmad?” Indah dan Rizal berkata secara bersamaan. Mereka spontan menghentikan gerakan. Rupanya suara petir membangunkan bocah kecil itu. Dan anak yang ketakutan ini bermaksud mencari ibunya, yang ternyata asyik bersenggama dengan Rizal. Ahmad memang sudah mengenal Rizal, yang suka bawa oleh-oleh setiap kali datang ke rumah.

”Eng… karena mamamu juga takut petir, jadi om peluk.” jawab Rizal sambil tersenyum. Di bawah, penisnya masih menancap kokoh di liang kelamin Indah. Sejenak Rizal berpikir, apakah bijaksana mempertontonkan adegan dewasa ini di depan anak berumur lima tahun? Namun nafsunya yang terlanjur menggebu-gebu, mendorongnya untuk terus melampiaskan kenikmatan yang sudah susah payah ia cari selama satu bulan ini. Ketika baru berhasil, tentu saja Rizal tidak mau melepasnya begitu saja. Dia harus tetap mendapatkan memek Indah, janda cantik yang dikasihinya, apapun yang terjadi.

”Ma?” panggil Ahmad lagi.

Indah tersentak. Dia berusaha tersenyum pada sang putra diantara gairahnya. ”Kembalilah ke kamarmu, nanti mama kesana.” katanya berat.

”Ahmad takut, Ma.” bocah itu menggeleng.

”Jangan takut, Ahmad.” Rizal menarik rudalnya sedikit sebelum menghempaskannya dengan nikmat, membuat Indah yang berusaha menahan gairahnya sekuat tenaga, mendelik tidak suka. ”Kamu boleh tidur disini.” jelas Rizal gokil. Dia terus menggoyang pinggulnya maju-mundur. Indah hanya bisa merintih pelan tanpa tahu harus bagaimana membalas serangan laki-laki itu, sekarang ada Ahmad  yang berdiri di sampingnya.

Tapi di luar dugaan, ”Ahmad bantu yah?” si bocah naik ke atas ranjang dan ikut mendorong-dorong pantat Rizal.

”Aih, Ahmad!” Indah ingin melarang, tapi Rizal segera membungkam mulutnya dengan ciuman.

Rizal tertawa merasakan tangan mungil Ahmad menempel di pantatnya. Dengan bantuan bocah itu, Rizal terus menghujamkan penisnya, menikmati rapatnya selangkangan Indah, sang mama. ”Lihat, Ahmad. Mamamu suka. Dia pengen diginiin terus.” kata Rizal sambil menunjukkan wajah Indah yang merem melek keenakan pada Ahmad.

”Iya, Om. Terus. Ahmad juga sayang mama.” kata bocah itu polos.

”Ahh, Ahmad.” Indah melenguh, sangat keberatan dengan apa yang terjadi, tapi tak kuasa untuk menghentikannya. Goyangan Rizal lama kelamaan menjadi semakin cepat, juga tak beraturan, membuat Indah yang kepayahan mulai mengerang pilu. ”Ehss… mas! Ughhhh…” dia meremas payudaranya sendiri, dan memberikan putingnya yang merah merekah pada Rizal untuk diemut. Ini tanda kalau orgasme wanita cantik itu sudah semakin mendekat.

Rizal yang sudah hafal, sambil mengulum puting Indah, menggerakkan pinggulnya semakin dalam. Saat dirasakannya cairan Indah menyembur kencang, ia pun menarik keluar penisnya, tapi tidak sampai lepas, lalu menyorongkannya kembali kuat-kuat.

Crooot… crooott… Rizal ejakulasi! Sekitar sepuluh semprotan cairan kental meledak di lorong kemaluan Indah, si janda cantik yang mirip Zaskia Adya Mecca. Penuh kepuasan, Rizal merebahkan diri di atas tubuh Indah yang molek. Dia tidak berani mencabut penisnya, malu dilihat oleh Ahmad.

”Om, itunya bocor.” teriak Ahmad tiba-tiba, tangannya menunjuk kelamin Indah dan Rizal yang masih bertaut.

Rizal pasti spermanya ada yang merembes keluar. Biasanya begitu sih. Dengan enggan, terpaksa Rizal menarik keluar penisnya. Diperhatikannya lubang vagina Indah yang kini sudah bonyok dan basah. Penis Rizal sendiri terlihat sudah agak lemas, menggantung pasrah diantara kedua paha laki-laki itu.

”Ih, Om jorok!” Ahmad bergidik melihat rudal Rizal yang berleleran sperma dan masih menetes-netes.

Indah cepat bangkit dan mencari pakaian di lemari, dapat sebuah daster kebesaran, tak apalah. Segera dikenakannya untuk menutupi tubuh sintalnya yang telanjang. Saat berbalik, didapatinya Rizal masih telanjang bulat. Penisnya sudah tegang lagi karena asyik dipermainkan oleh Ahmad.

”Burung Om besar ya?” kata bocah itu.

”Punya Ahmad nanti kalau sudah besar juga besar kok.” sahut Rizal.

Buru-buru Indah mengambil putranya dan membawanya pergi ke kamar sebelah. ”Sekarang Ahmad tidur ya,” katanya sebelum menutup pintu, matanya mendelik pada Rizal.

Rizal cuma tertawa saja menanggapinya.

Gerimis masih mengguyur sepanjang perjalanan pulang Rizal. Di pos kamling, para peronda sudah pada bubar. Suasana sepi dan dingin. Memang lebih enak menghabiskan waktu di rumah bersama istri daripada dikerubuti nyamuk di pos ronda. Rizal memasukkan motornya ke garasi dan mengunci pintu pagar depan. Setelah mengeringkan tubuhnya yang basah, ia menghampiri Sari dan berbaring di sebelahnya. Dikecupnya pipi perempuan yang sudah mendampinginya selama sebelas tahun itu. Sari sedikit membuka matanya, bergumam entah apa, dan kembali terlelap. Rizal ikut memejamkan mata. Kelelahan setelah bermain dua ronde dengan Indah membuat dia terlelap tak lama kemudian.

Minggu berikutnya, hari Rabu pagi, Sari berdandan ekstra keren. Hari ini adalah peringatan sebelas tahun pernikahannya. Dia ingin memberikan kejutan pada Rizal. Dipakainya jilbab merah menyala biar matching dengan warna motornya. Juga ikat pinggang warna serupa. Sendal yang belum lama ia beli, tak ketinggalan dipakai. Sari hari ini ingin tampil sempurna di hadapan Rizal yang sudah sejak tadi berangkat ke kantor. Katanya ada rapat pagi-pagi. Ah, dasar Rizal.

Dengan perasaan meluap-luap, Sari menstarter motornya. Dia harus mampir ke toko kue dulu, mengambil kue tart besar yang sudah ia pesan dari kemarin. Baru setelah itu ia akan pergi ke kantor suaminya, mengejutkan Rizal dengan merayakan ultah pernikahan mereka disana. Tapi di tengah perjalanan, Sari tergerak untuk mampir sebentar ke sebuah pusat perbelanjaan terkenal. ”Aku lupa membelikan kado buat Rizal.” kata Sari pada dirinya sendiri.

Langkah wanita itu ringan memasuki mall yang luas dan megah itu. Dia bergerak cepat menuju area lelaki, mencari sebuah dasi biru tua yang sudah lama diidam-idamkan oleh Rizal. Setelah mendapatkannya, meski harganya cukup mahal, Sari melangkah pelan ke arah kasir. Saat itulah, pandangannya terpaku. Dikerjapkannya mata berkali-kali hingga maskara-nya belepotan. Tidak. ia tak salah lihat. Di depan sana…

Uh, kedua lutut Sari mulai gemetar, apalagi saat mendengar suara tawa laki-laki itu. Di benaknya terbayang percakapan seminggu yang lalu. Baru saja Sari merasa menjadi wanita yang paling bahagia, tapi kini…

Perempuan berjilbab merah itu merasa gemetar di lututnya menjadi semakin keras. Lalu perasaan dingin merayapi tubuh sintalnya. Perlahan pandangannya menggelap. Suara gedebuk keras pun terdengar saat tubuh Sari terjatuh, mengagetkan pasangan yang sedang berangkulan mesra di depan kasir. Indah dan Rizal.

Susah dapat bonus dari web lain ? Coba gabung aja di JBMBET! Agen Judi Indonesia Proses depo dan withdraw cepat :) Selalu bisa bekerja sama dengan member :) Bonus gampang didapatkan :)
Tunggu apa lagi ? Gabung di JBMBET

Cerita Sex | Cerita Bokep | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex Pemerkosaan | Cerita Sex ABG | Cerita Sex Tante | Cerita Bikin Sange | Cerita Tante Heni | Cerita Dewasa | Cerita Panas | Crita Nentot SPG | Cerita Sex Pramugari

0 komentar:

JBM